Candi Brahu…..
Setelah mengelilingi komplek candi Gentong, perjalanan saya lanjutkan ke candi Brahu.. dengan jarak yang cukup dekat kurang dari 5 menit saja. Menyusuri jalan desa (jalan aspal lebarnya kira-kira 5 m saja) kanan kiri pertanian dan persawahan warga dengan diselingi lahan tebu.
Sementara itu, dari jauh terlihat Candi Brahu yang tinggi menjulang… menjadi tidak sabar untuk sampai dan mengupas dengan mata yang selalu penasaran dengan budaya dan seni peninggalan Majapahit yang terlampau.
Disusun dengan bahan yang sama dengan Gapura Wringin Lawang yaitu batu bata merah. Dari ke 2 candi yang telah dikunjungi dalam perjalanan sebelumnya (candi Wringin Lawang dan Candi Gentong), Candi Brahu terlihat paling banyak dikunjungi masyarakat, paling besar juga paling tinggi. Setelah membayar tiket masuk dan parkir, mulai lagi untuk mendokumentasikan satu lagi peninggalan Kerajaan Majapahit.
Saat sampai di Candi Brahu, matahari hampir tepat diatas kepala, cukup panas. Tetapi tidak menyurutkan niat untuk mengabadikan candi ini. Candi yang terletak di desa Bejijong Kecamatan Trowulan Mojokerto. Yang unik candi-candi (SANGAT UNIK….!!!!) batu bata direkatkan dengan sistem gosok….. berapa lama membuat candi setinggi ini menggosok satu persatu tingkatan demi tingkatan dengan batu bata???????.... Jagad Pramudita….
Candi Brahu berbentuk bujur sangkar menghadap kearah barat dengan azimuth 2700 dengan tinggi bangunan 25, 7 m serta lebar 20,5 m. Jadi candi ini merupakan peninggalan Majapahit yang tertinggi!
Candi Brahu terdiri dari 3 bagian; kaki, tubuh dan atap. Untuk bagian kaki, candi Brahu terdiri dari bingkai bawah, tubuh serta bingkai atas. Bingkai tersebut terdiri dari pelipit rata, sisi genta dan setengah lingkaran. Dari penelitian yang sudah dilakukan, kaki candi yang mempunyai susunan batu-bata dengan struktur yang terpisah. Besar kemungkinan bahwa candi Brahu mempunyai kaki candi yang dibangun masa sebelum nya (2 masa pembangunan). Dengan demikian struktur kaki yang tampak sekarang merupakan tambahan dari bangunan sebelumnya.
Untuk kaki Candi terdiri dari dua tingkat dengan dua selasar serta tangga disisi barat yang sampai sekarang belum diketahui bentuknya secara jelas (masih perkiraan saja). Bagian tubuh candi Brahu sebagian merupakan hasil rekontruksi pada masa penjajahan Belanda.
Didalam bangunan candi terdapat bilik berukuran 4 x 4, namun menurut keterangan yang didapat lantainya sudah rusak, sehingga didepan candi dapat ditemui tulisan Dilarang Naik (karena memang candi yang dari batu bata mudah rusak berbeda dengan candi yang disusun dari batu). Yang menarik, pada saar rekontruksi dan pembongkaran bata pada bilik ini ditemukan sisa-sisa arang pada bilik ini, setelah dianalisa di Pusat Penelitian Badan Tenaga Atom Nasional Yogyakarta, hasilnya menunjukkan penanggalan radio karbon arang tersebut dari masa antara tahun 1410 sampai dengan 1646.Candi Brahu merupakan tempat untuk menyimpan abu raja-raja Mojopahit, Brawijaya I, II, III, IV. Setelah dibakar, abunya disimpan di gua candi ini.
Atap candi Brahu tingginya ±6m. sementara itu dari sudut tenggara atap candi terdapat sisa hiasan berdenah lingkaran yang diduga sebagi bentuk stupa, para ahli menduga candi ini candi Budha. Diperkirakan Candi Brahu lebih tua usianya daripada candi-candi yang ada di situs trowulan. Sumbernya dari prasasti Alasantan yang ditemukan tidak jauh dari candi Brahu. Prasasti tersebut di buat oleh Mpu Sindok pada tahun 861C atau 939 M, isinya antara lain menyebutkan nama sebuah bangunan suci yang disebut dengan WAHARU atau WARAHU. Nama inilah yang kemudian dikenal dengn nama Candi Brahu. Candi Brahu dipugar terakhir pada tahun 1990 sampai dengan 1995.
Setelah cukup lama di Candu Brahu, sempat beristirahat di taman sebelah timur Candi Brahu yang rindang dan sejuk sambil menikmati keagungan Candi ini perjalanan berlanjut…….
Mencintai Budaya Tanpa Paksaan…..Majapahit…..!!!!