Minggu, 09 Juli 2017

Situs Dengok, Semanu Gunungkidul Yogyakarta

Situs Dengok, Semanu Gunungkidul
Kamis 9 Juli 2017, setelah dari situs Sokoliman (Rangkaian Blusukan Lintas Batas Gunungkidul: CandiRisan - Situs Nglemuru - Situs Sokoliman) kami menuju Situs Selanjutnya. 
Batu Giring
Namun sebelumnya kami mampir dulu di Batu Giring, tempat selfie menarik di pinggir jalan Kec. Semanu.
Batu Giring seperti Brexit di daerah Boko Prambanan, hanya bedanya ini batu andesit sementara Brexit batu cadas putih, atau mengingatkan saya juga di daerah perbatasan Semarang Demak dimana ada Brown Canyon yang berupa galian C tanah.. = berwarna cokelat
Batu Giring
Didekatnya Ada situs Watu Bale. Jika Brexit sudah dikelola dengan professional, Watu Giring dikelola swadaya masyarakat namun bedanya Brown Canyon nampaknya susah menyebutkan = private area alias susah maju pokoknya. 
Maaf infomasi terakhir area Brown Canyon sudah terbatas penuh P****** juga.
Batu Giring
Kembali ke Batu Giring, saat kami mampir kesini nampaknya baru di kelola untuk wahana selfi
Batu Giring
Terlihat dari beberapa fasilitas yang belum sempurna. Namun overall Batu giring memang tempat selfi yang lumayan menghibur, biar exist… Cukup dengan Rp. 5000,- saja.
Batu Giring

Setelah merasa cukup, kami kemudian lanjut ke Situs Dengok, setengah jam kemudian bila sahabat menemukan petunjuk papan ini, akan menjadi panduan menuju situs.
Menuju Situs Dengok
Berada di tengah perkampungan warga yang masih sangat jarang = antar rumah masih berjauhan. Terkesan sepi khas pedesaan. Namun tak usah kawatir tersesat, disetiap belokan/pertigaan maupun perempatan akan ada papan petunjuk tersebut. 
Setelah sampai di Situs Dengok, karena jam makan siang, serta kami sudah cukup lapar, akhirnya sebelum mengabadikan gambar Situs Dengok. Kami sepakat untuk makan bersama bekal yang kami bawa.
Makan Bersama di Situs Dengok : Kebersamaan ini yang selalu kami rindukan
Menu Gudeg, Krupuk dan tempe Goreng serta sambal entah mengapa terasa sangat lezat bagi kami. Serempak kami kompak mengamininya, bahkan hampir semuanya tandhuk.
Situs Dengok sesuai namanya, memang berada di wilayah Dusun Dengok Lor, Desa Pacarejo Kecamatan Gunung Kidul Yogyakarta.

Situs Dengok
Seperti informasi yang terpampang di papan informasi, Situs Dengok merupakan situs percandian. Peninggalan yang masih tersisa berupa Gundukan yang terdapat reruntuhan candi berukuran 15m x 15m. Luas lahan Situs Dengok sekitar 300m2 dan luas bangunan sekitar 225m2.
Batu Candi yang digunakan dari bahan batu putih. Ditemukan juga fragmen-fragmen arca di sebelah tenggara gundukan.
Berdasarkan fragmen arca tersebut diperkirakan candi Situs Dengok ini berlatar agama Hindu.
Fragmen Arca dan Stuktur batuan candi, yang masih tersisa di Situs Dengok Semanu Gunungkidul-YK :



Fragmen Arca Situs Dengok






Situs Dengok

Pohon raksasa di Situs Dengok
Kondisi saat ini gundukan candi situs Dengok ditumbuhi pohon-pohon besar diatasnya, diantarannya pohon asem jawa, pohon asem Londho, pohon bibis, Pohon Kepil dan pohon Kepuh.
Pohon pohon yang nampaknya dikultuskan oleh masyarakat sekitar.
Entitas baru yang muncul di entitas lama, kurang lebih demikian menggambarkan tumbuhnya beberapa pohon besar tadi di tilas  bangunan suci itu.
Dua perpaduan ini memang sulit untuk dipisahkan. Biarlah menjadi sejarah namun jangan sampai menghilang!
Berfoto dulu :
Max Trist, Imam, Suryo, SasadaraMK ; Di Situs Dengok (DS)
Salam Peradaban.
SSDRMK di Situs Dengok

Sampai ketemu di penelusuran lintas batas di kota lain…. Salam nyandi!

====+++===
Pantai Siung, Gunungkidul 
Bonus perjalanan Lintas batas Gunungkidul ini kami berwisata ke Pantai Siung. 
Hal ini dipicu pameran salah satu rekan tentang eksotisnya pantai ini apalagi dengan salah satu spot foto yang menarik hati.
Tiket masuk di gerbang wisata Rp. 00000/kepala. Parkir Rp. 5000. Menuju bukit titian Rp. 30rb/kepala.
Bukit/ Tebing dengan Pemandangan Eksotis, tak meragukan lah, ini mengapa orang luar sana menyebut Indonesia itu tetesan Surga, yang jatuh dan sebagai pendahulu sajian keindahan ciptaan Yang Kuasa.
Menuju Titian :

Di Pantai, Salah satu sisi yang terdiri dari batu karang : Banyak Lumut dan Ikan kecil ; cukup menyenangkan bagi anak-anak.

Tak Melewatkan Kesempatan, Kami sekeluarga mengabadikan momen menakjubkan ini
Pantai Siung


Kebersamaan, 

Brotherhood:
Pantai Siung

Nb:

Melalui tulisan ini saya atas nama pribadi ucapkan terimakasih banyak kepada Lek Trist atas segala bantuannya dalam Blusukan Lintas Batas ini, terutama bantuannya “menggendong” Jagad PM, dijembatan titian. 
Matursembahnuwun Lek Trist
Matursembahnuwun kang, saat saya nyerah dirimu menjelma menjadi penolong…. Sekali lagi Maturnuwun.


SAMPAI KETEMU LAGI DI LINTAS BATAS YANG LAIN

Ke Gua Pindul jangan Lupa Mampir di Situs Sokoliman

Situs Sokoliman
     Minggu 9 Juli 2017, Kenapa judul naskah ini seperti provokatif itu, ya karena memang Situs Sokoliman masuk di area menuju kawasan Goa Pindul. Namun, tentu bukan Gua Pindul yang menjadi tujuan kami. Ketika kami menuju situs Sokoliman di setiap gang kampung terpampang tulisan "Antar Gratis menuju Gua Pindul" disertai Guide yang melambaikan tangan seperti apa gitu...hehehheheheh
         Wisata sejarah ini adalah rangkaian blusukan lintas batas Gunungkidul. Setelah Candi Risan, Situs Nglemuru dan Kemudian Situs Sokoliman. 
     Dari situs Nglemuru, Desa Candi Kec. Karangmojo kami keluar gang kemudian ambil kiri. Susuri Jl. Semin - Karangmojo menuju desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul dimana situs ini berada.
 Para wisatawan sebenarnya cukup mudah dan mengetahui ada papan petunjuk menuju Situs Sokoliman, namun ya itu pada terlupa, banyak yang alpha untuk mengetahui jejak jatidiri para pendahulu kita. 
    Untuk mengingatkan kembali, saya buat judul provokatif diatas.

    Situs Sokoliman ini menurut catatan Balai Arkeologi Yogyakarta termasuk salah satu Cagar Budaya Situs Megalitikum yang tersebar di kawasan Gunung Purba Gunungkidul. Saat ini berbagai tinggalan megalitikum di tempatkan di beberapa blog di area situs dengan masing-masing jenis dipisahkan dengan concrete-blok
     Ada beberapa blok untuk meletakkan batuan di area situs ini. Ada 4 blok terpisah, membujur selatan-utara di sebelah kanan pintu masuk, dan membujur timur barat dan utara selatan di sebelah baratnya. 

 di beberapa batu ada Kode-kode identifikasi, seperti: A01, A02, D24, D25, dan seterusnya tampaknya merupakan kode penelitian arkeologis yang telah dilakukan. 
    Sayangnya di lokasi situs ini tidak tersedia informasi apa arti kode-kode tersebut.
    Seperti yang tertulis di papan informasi di Situs ini, Daerah gunungKidul Yogyakarta memiliki berbagai jenis hasil budaya prasejarah baik yang digunakan untuk sehari-hari maupun perlengkapan aktivitas religi. Salah satunya dikawasan Bejiharjo ini. Yang kemudian dikumpulkan menjadi satu area.
Situs Sokoliman
    Kawasan Gunungkidul terutama di pegunungan seribu memiliki gua yang dulunya menjadi tempat hunian manusia prasejarah dengan bukti tinggalan arkeologisnya.

    Daerah Bejiharjo yang merupakan kawasan cekungan  Wonosari merupakan daerah tersubur  di Kabupaten gunungkidul. 
Situs Sokoliman

      Peti Kubur Gunungkidul dibentuk dengan sistem sponingen (takikan). Keunikan lain tampak (ada visualisasi  arca menhir yang  dipahat hanya dibagian muka dan ditempatkan di dekat kubur batu.
visualisasi arca menhir : Situs Soko

    Situs Sokoliman atau penampungan Sokoliman ini menempati area seluas 2000 m2.





     




    Sebelum berlanjut situs selanjutnya :Situs Dengok Kami menyempatkan foto seru dulu... (ini hiasan bukan menhir atau tugu batu tapi cor-coran semen yang di cat)
Di halaman Situs Sokoliman

Salam Nyandi.
di Candi Risan 

Bahan Bacaan dan referensi :
:
1. https://dewabejo.wordpress.com/2011/01/31/situs-purbakala-sokoliman/

Kamis, 06 Juli 2017

Penelusuran Watu Lumpang Klepu #2 : Dusun Klepu Pringapus

Add caption
Kamis, 7 Juni 2017, Setelah dari Situs Watu Lumpang di makam Mbah Gatti Klepu, Penelusuran berlanjut. Keluar dari area perkebunan karet kemudian memasuki perkampungan di sebelah kebun karet ini. 
Yaitu Dusun Klepu, Desa Klepu Kec. Pringapus. Kami (saya membonceng Lek Suryo) mengikuti saja guide kami yang memang sebelumnya pernah ke lokasi ini.
Tak butuh waktu lama, kurang dari 5 menit kami sampai di lokasi yang kedua.
Watu Lumpang Klepu #2 : Dusun Klepu Pringapus 
Watu lumpang berada di pinggiran dusun tepat di kebun palawija milik warga dan berbatasan dengan (nampaknya) villa seseorang, terlihat dari pagar tinggi dan mengelilinginya. Kondisi watu lumpang relatif lebih utuh dibandingkan watu lumpang di penelusuran sebelum ini : penelusuran watu lumpang klepu#1.
Watu Lumpang Klepu #2 : Dusun Klepu Pringapus 
 Saya tak akan membahas lagi fungsi (yang mungkin) watu lumpang. Secara fisik kondisi lumpang masih 99%. Namun keadaan sungguh memprihatinkan. nampaknya watu lumpang ini untuk 'nongkrong' ayam serta tempat yang bikin kerasan (katanya jika anak pup di rumah orang kerasan? hehehehe tertawa miris), terlihat dari warna putih di penampang atas lumpang, yang ternyata bukan jamur. 
Watu Lumpang Klepu #2 : Dusun Klepu Pringapus 
Air di Lumpang juga semakin tak membuat kami betah berlama-lama disini.  berwarna hijau dengan komposisi air yang hanya berapa persen, sisanya... (maaf saya tak tega untuk melanjutkan). Selain tentu saja Nyamuk yang banyak sekali. 
Watu Lumpang Klepu #2 : Dusun Klepu Pringapus 
 Lubang Lumpang yang terlihat sempurna. Sayangnya pemandangan ini kenyataannya tak seindah seharusnya.
Sebelum kami melanutkan Penelusuran Triple Lumpang selanjutnya berfoto lebih dulu, penelusuran Kemisan dengan Trio ini:
Watu Lumpang Klepu #2 : Salam Nyandi
Perjalanan berlanjut, Lumpang ke dua.
Salam Nyandi
Salam Peradaban

Penelusuran Watu Lumpang Klepu #1 : Makam Mbah Gatti

Watu Lumpang Klepu  : Makam Mbah Gatti
Kamis, 7 Juni 2017, Akhirnya kembali ke rutinitas Blusukan Kemisan. Dan Masih bersama rekan yang membuat patron ritual kemisan ini ada : Lek Suryo. Destinasi tujuan kami dengan minta bantuan guide Mas Dhany yang punya banyak stock triple Lumpang di area Pringapus, dan tentu saja karena masih dalam suasana lebaran, silaturahmi ke yang tua. Haghaghag...
Janjian di TB Jaya Milik beliau di Traffict Light Karangjati, saat ngobrol dan rehat menikmati kopi, tak dinyana datang lagi Mas Be tepe a.k.a mas nono', yang awalnya beliau bermaksud beli tutup pralon melihat kami dudur berjejer langsung balik kanan dan tak jadi lanjut pulang. Percakapan seru kami, dengan beliau berakhir dengan kesepakan : beberapa bulan lagi berencana jelajah "Medang Kamulan" Blora area. 
Mas Be te pe : Janji = Utang lho.... Saking serunya ngobrol, kami terlupa untuk foto bersama! 
Sayangnya beliau janjian dengan seseorang, jadi tak bisa turut bersama kami. setelah suguhan wajib (kopi) di TB. Jaya tandas, meluncurlah kami menuju arah Pringapus.
Watu Lumpang Klepu #1 : Makam Mbah Gatti
Menuju arah Pringapus, pertigaan Klepu kami ambil kiri, kira-kira 300m sebelah kiri di pinggiran dusun ada jalan tanah berbatu, kami masuk menyusuri area kebun karet. Sekitar 100m sebelah kiri ada jalan setapak yang menurun, kemudian melewati sawah (uniknya sawah ini berada di kelilingi kebun karet di sisi kiri, sementara di kanan lahan yang penuh pohon Jati).
Watu Lumpang berada di area Makam Keramat Mbah Gatti, seorang warga yang sedang “tunggu manuk”, alias menunggui masa panen padi dari serangan burung, saat kami tanyai geleng kepala perihal sejarah atau legenda Mbah Gatti ini. Semoga salah satu yang membaca tulisan ini yang mengetahui berkenan membagikan….
Kondisi Watu Lumpang hanya penampang atasnya saja yang terlihat, bagian bawahnya terpendam di dalam tanah. 
Watu Lumpang Klepu #1 : Makam Mbah Gatti
Dengan Bentuk yang sudah tak beraturan lagi. Umumnya lumpang berbentuk Bulat Presisi ataupun kotak dengan pola hiasan tertentu.
Watu Lumpang Klepu #1 : Makam Mbah Gatti
Dibeberapa literatur menjelaskan, tentang kemungkinan berbagai fungsi Watu Lumpang. Watu lumpang yang khas, ada relief ataupun inkripsi dan dilengkapi dengan struktur kuno yang lain biasanya dibuat sebagi tetenger  penetapan sima.
Watu Lumpang Klepu #1 : Lubang lumpang
Fungsi yang lain sebagai alat untuk mempersiapkan sesajen untuk berbagai ritual penyembahan masa lalu, sedangkan secara luas dan umum fungsi Lumpang yang biasa hanya sebagai alat untuk menumbuk biji-bijian atau bahan makanan.
Video Penelusuran :

 Penelusuran Kemisan dengan Trio ini:
Watu Lumpang Klepu #1 : Makam Mbah Gatti


Perjalanan berlanjut, Lumpang ke dua.

ssdrmk
Salam Peradaban


Penelusuran Watu Lumpang #3 : Sruwen, Bergas Kidul Kec. Bergas.

Watu Lumpang
      Kamis, 6 Juni 2017, lanjutan dari Penelusuran ke Watu Lumpang Klepu #1 dan #2 yang masuk area Kecamatan Pringapus. Watu Lumpang destinasi yang ketiga masuk wilayah Bergas. Berada di lereng Ungaran beberapa situs ternyata disekeliling Watu Lumpang yang menjadi sasaran kami ini. 
Watu Lumpang
     Punden di Makam (belum saya telusuri), Situs Pakopen, Situs di Srumbung Gunung, dan banyak lagi bila perimeter lebih luas lagi. 
     Yang menjadikan simpulan dari beberapa literatur tentang pernahnya perpindahan Kutaraja dari kawasan Dieng ke Lereng Gunung Ungaran semakin terang.
       Setelah minta ijin kepada pemilik rumah, dimana Watu Lumpang ini berada. segera kami mendokumentasikan detailnya.
      Saat kami disini, beberapa warga melongok aktifitas kami, karena saking penasaranya, ada salah satu warga yang mendekat dan bertanya perihal aktifitas kami.
     Kondisi Lumpang seperti yang terlihat. Tak ada yang peduli. bahkan sekedar memberikan pelindung. Seringnya selalu acuh, "Halah mung watu koyok ngono, kanggo opo, ra penting", kata-kata yang sering kami temui saat ngobrol dengan warga perihal keberadaan watu lumpang. 
       Padahal, konon katanya watu lumpang pada masa itu memiliki kedudukan istimewa, ada yang digunakan untuk media penetapan tanah sima, ada pula yang dipakai untuk ritual tertentu dan ada yang digunakan untuk mempersiapan sesajen. Atau hanya dipakai untuk menumbuk biji-bijian bahan makanan warga jaman dahulu.
Penampang Atas Watu Lumpang Pakopen
Lebih dari itu, Watu lumpang ini adalah hasil karya olah karya dan rasa orang jaman dulu, leluhur. 
Kondisi secara keseluruhan, watu lumpang 75%. namun masih terlihat jelas walau terlihat kerusakan sehingga tidak terlihat bulat presisi lagi.
     OOO..., Watu lumpang itu memang sudah ada sejak jaman dulu. tak ada yang tahu dari jaman apa. Dibawah sana, di teras rumah ada Lumpang juga namun sudah dibalik kemudian di plester", cerita Beliau (yang tadi penasaran), sambil telunjuknya mengarah yang dimaksud.
     Sudah dibalik, di Plester semen juga... eh (maaf tak ada gambar), diatas lumpang yang ditunjukkan Bapak tersebut ada keset.... lengkap pula!
       Penelusuran kali ini usai, karena tentu saja durasi membatasi kami. Sampai ketemu dengan penelusuran di lain waktu, lain lokasi dan SALAM NYANDI!

Salam Peradaban