Lingga diSitus Makam Banyukuning |
Kamis, 27 Juli 2017. Masih di blusukan tiap hari Kamis. Untuk menjadikan cetarrr... beberapa rekan menyebut kemisan bahkan ada yang ngemis. Berkat rekan : Suryo Dona yang emnjadikan istilah Kemisan sering berlalu lalang di tiap kamis. maturnuwun Kang Dona...
Kalo bagi saya pribadi si, karena hari Kamis ini memang paling bisa melarikan diri dan dimaklumi Double mumpung ; 1, mumpung absensi belum memakai sidik jari, hahaha.., 2. Juga masih bisa, karena nampaknya mulai minggu depan tugas Ternak (nganter anak) pulang sekolah jam 1 mesti menjadi kendala karena durasi menjadi mepet sekali.
Sayangnya, yang bikin aneh... seringkali tiap blusukan hari hari Kamis destinasi situs berlokasi di makam umum, jadi ketika warga mengirim doa keluarga yang mendahului, kami malah klinteran mengganggu konsentrasi. Maaf ngelantur.
Kembali
ke ritual kemisan, awalnya hari ini kami ingin meluncur menuju kota Tembakau : Temanggung.
Namun karena terlihat awan menghitam menggelayut di sisi gunung ungaran disekitar
Kaloran Temanggung. Kemudian kami mengubah tujuan.
Saat
mencari lokasi yang ingin kami telusuri inilah, saya teringat janji Bapak Mustain
Mardzuki tentang janji beliau untuk menjadi guide. Walaupun saya
sebenernya lupa beliau menawari mengantar yang mana...xixiix saking banyaknya situs
yang kepingin ditelusuri. By the way, Ini adalah naskah ke 185 situs khusus kab. Semarang
yang telah berhasil saya telusuri dan masih banyak lagi yang belum.
Sesaat setelah berangkat, diperjalanan kami teringat
pula sebuah blog yang menampilkan watu candi berceceran di makam Banyukuning, dimana beberapa tahun
yang lalu saya pernah menelusuri Situs Watu Gentong Banyukuning, akan tetapi tidak
menyangka, didekatnya ada pula banyak struktur batuan candi yang lain.
Info
juga saya dapat dari rekan senior di Komunitas Dewa Siwa ; Mba Derry. "Sisi
masjid sebelah kiri masuk, di makam belakang masjid ", begitu bunyi
pesan Whatshapp nya.
Beberapa
rekan yang kami hubungi, angkat tangan ; ada yang takut hujan, ada yang kesetnya
kehujanan ada yang takut goreng gembusnya jadi gosong.... jadilah hanya saya
dan Suryo Dona yang melanjutkan ritual Kemisan.
Menuju
Banyukuning, sangat mudah. Sebelum ke arah Gedongsongo/ sebelum SPBU ada jalan
masuk kiri, papan petunjuk nama Banyukuningpun ada. Ikuti jalan tersebut,
kurang dari 1km gang pertama sebelah kanan (gapura berbentuk seperi rudal),
masuk saja ikuti jalan,tersebut, sampai ketemu dengan Masjid yang di depan kedua
sisi ada Watu gentong.
Sayangnya,
kami dislokasi info... kami ambil jalan kiri tangan kami bukan kiri masjid.
Sempat bertanya kepada warga, setelah mendapatkan penjelasan lebih detail, yang ternyata ada dua makam. kemudian kami menuju gumuk di makam Kyai Kuning berada. Dan kami di sisi jalan yang tidak sepenuhnya salah.
Menuju Gumuk makam Kyai Kuning, sing Bubakyoso Banyukuning ;
Menuju Situs Makam, melewati Tangga. Iseng saja saat naik saya juga menghitung anak tangga ; berjumlah 62. jadi tidak terlalu tinggi,
Menuju Gumuk makam Kyai Kuning, sing Bubakyoso Banyukuning ;
Gumum Situs Makam Banyukuning |
Menuju Situs Makam, melewati Tangga. Iseng saja saat naik saya juga menghitung anak tangga ; berjumlah 62. jadi tidak terlalu tinggi,
Langsung disajikan pemandangan :
Watu candi di "pemakaman".... Dijadikan makam. Banyaknya struktur batu berbentuk kotak, beberapa berpola menguatkan dugaan kami disinii dulunya ada sebuah bangunan suci (= candi). Apalagi ciri geogrfia letaknya ; di ketinggian, tanah yang subur dan dengat dengan lokasi pusat religius masa lalu : Gunung Ungaran = Gedong Songo)
Seperti sebuah ratna, puncak candi :
Batu Batu yang kami duga kuat adalah bagian dari bangunan suci masa lalu (Semua foto by Suryo Dona ):
Makam Kyai Kuning, Di buatkan rumah cungkup makam,
Alhamdulillah nya tak dikunci,
Watu candi di "pemakaman".... Dijadikan makam. Banyaknya struktur batu berbentuk kotak, beberapa berpola menguatkan dugaan kami disinii dulunya ada sebuah bangunan suci (= candi). Apalagi ciri geogrfia letaknya ; di ketinggian, tanah yang subur dan dengat dengan lokasi pusat religius masa lalu : Gunung Ungaran = Gedong Songo)
Seperti sebuah ratna, puncak candi :
Batu Batu yang kami duga kuat adalah bagian dari bangunan suci masa lalu (Semua foto by Suryo Dona ):
Makam Kyai Kuning, Di buatkan rumah cungkup makam,
Alhamdulillah nya tak dikunci,
Makam Kyai Kuning, Banyukuning Bandungan |
Di
dalam lingkup, makam kyai Kuning sendiri, masing masing patokan, setelah kain mori (penutup) kami buka :
menurut hemat kami adalah sepasang Lingga.
Lalu dimana Yoninya???? entahhlah, semoga saja masih terpendam, bukan digepuk... seperti yang sudah - sudah. Lingga yang merupakan pasangan dari Yoni dan diletakkan diatas (penampang bagian atas Yoni) yang terdapat lubang.
Lingga seperti nyawa dari sebuah media manifestasi dewa siwa. Sebagai sarana memuja dewa, Lingga menjadi faktor penting sehingga yang sering yang hilang atau dirusak duluan adalah Lingga. Bersyukur Lingga ini tak akan mungkin hilang.
Saat proses membuka kain mori penutup ini, entah kenapa saya merinding sekali ditambah gemetar. Padahal saya hanya melihat alias menonton saja. "Haallah paling kono ngelih", Suryo Dona mencoba menentramkan hati saya (yang sudah mau lari keluar kalau tak inget malu.. wkwkwk).
Beberapa batu berelief yang tertangkap mata kami :
menurut hemat kami adalah sepasang Lingga.
Lalu dimana Yoninya???? entahhlah, semoga saja masih terpendam, bukan digepuk... seperti yang sudah - sudah. Lingga yang merupakan pasangan dari Yoni dan diletakkan diatas (penampang bagian atas Yoni) yang terdapat lubang.
Lingga seperti nyawa dari sebuah media manifestasi dewa siwa. Sebagai sarana memuja dewa, Lingga menjadi faktor penting sehingga yang sering yang hilang atau dirusak duluan adalah Lingga. Bersyukur Lingga ini tak akan mungkin hilang.
Saat proses membuka kain mori penutup ini, entah kenapa saya merinding sekali ditambah gemetar. Padahal saya hanya melihat alias menonton saja. "Haallah paling kono ngelih", Suryo Dona mencoba menentramkan hati saya (yang sudah mau lari keluar kalau tak inget malu.. wkwkwk).
Beberapa batu berelief yang tertangkap mata kami :
Di Situs Makam Banyukuning |
Salam
peradaban.
Mohon maaf tulisan saya ini hanya berupa catatan perjalanan. Saya bukan ahli sejarah... jika banyak kesalahan mohon maklum dan mohon dimaafkan. Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar