13 Januari 2017.
Kali ini serba kebetulan, naskah ini benar-benar berbeda. Awalnya karena sesuatu hal. Saya pribadi ingin ngobrol santai dengan double eka. Awalnya pingin ngopi2 saja. "Mie Ayam wae, idep2 syukuran wis lulus", Mbah Eka menawarkan.
Singkat cerita kami langsung culik paksa, mas Eka Budhi (walaupun masih sarungan)...
Singkat cerita kami langsung culik paksa, mas Eka Budhi (walaupun masih sarungan)...
Langsung terbersit ide di benak saya, Ke Warung depan Galeri saja... Kata rekan disana murah (pikir saya).
Singkat cerita..... "Ki ra Sido Mie Ayam tapi warung gudeg ya, sing ono kemuncake kae lho", jelas saya.
Semua Sepakat dan Meluncurlah.
Singkat cerita..... "Ki ra Sido Mie Ayam tapi warung gudeg ya, sing ono kemuncake kae lho", jelas saya.
Semua Sepakat dan Meluncurlah.
Sebenarnya sudah sejak tahun 2014an saya kepingin kuliner di warung ini (Tujuan sebenarnya mengeksplor Kemuncak, dan menggali sisik melik berasal dari mana kemuncak ini). Namun baru kali ini saya bisa menyambanginya.
Foto disebelah tersebut saya ambil tahun 2014.
Kemuncak (2014) |
Setelah kami pesan makan, Nasi mangut, kopi. "Tempat makan dibelakang mas di gazebo atau ruangan", jelas Mbok bakul e.
Dan kejutan itu langsung menyerang kami. Tak Hanya Kemuncak Besar... berturut-turut :
Batu Relief |
Saat akan makan, saya mencari tempat cuci tangan, mata saya " bersirobrok!" memandang dengan tertegun terlihat eksotisnya rumah. Saya pribadi memimpikan yang seperti ini.
ternyata di tempat cuci tangan ada Lapik sajen.
Disebelahnya ada kemuncak:
Obrolan yang saya rencanakan tak kami bahas sama sekali, masing-masing tenggelam dalam pikiran kami sendiri. Seperti prinsip jurnalistik yang terngiang-ngiang; What, Where, Who, When and How?
Setelah sepiring Sayur mangut tandas, kami mulai tengok kanan-kiri. Untungnya, ketika kami selesai makan, pemilik keluar dari rumah. Kami di persilahkan untuk melihat-lihat. Bermain peran sebagai OKB yang ingin buat rumah eksotis... hahahahaha.... "Berdosa kita mas!"
Seperti Biasa tanpa komando kami bagi tugas, bagian lobi-lobi tentu saja Mbah Eka WP... sing paling wibawa (=baca terlihat tua)..wakakakak. Dan kami berdua
Berjalan kekanan, ketemu dengan antefik ;
Disebelahnya ada kemuncak:
Obrolan yang saya rencanakan tak kami bahas sama sekali, masing-masing tenggelam dalam pikiran kami sendiri. Seperti prinsip jurnalistik yang terngiang-ngiang; What, Where, Who, When and How?
Setelah sepiring Sayur mangut tandas, kami mulai tengok kanan-kiri. Untungnya, ketika kami selesai makan, pemilik keluar dari rumah. Kami di persilahkan untuk melihat-lihat. Bermain peran sebagai OKB yang ingin buat rumah eksotis... hahahahaha.... "Berdosa kita mas!"
Seperti Biasa tanpa komando kami bagi tugas, bagian lobi-lobi tentu saja Mbah Eka WP... sing paling wibawa (=baca terlihat tua)..wakakakak. Dan kami berdua
Berjalan kekanan, ketemu dengan antefik ;
Kami berdua (saya dan mas Eka Budhi), hanya umak-umik tak jelas, dan terbukalah mata kami. Kami yakin tak hanya ini.... yang seperti ini. Dan saya pribadi langsung lemes, satu piring nasi mangut tadi jadi tak terasa... Pedih! (kira-kira seperti itu--lebay yo ben!)
Kemudian kami berjalan ke sisi rumah yang lain,
Yang istimewa, ditengah kolam ada kemuncak yang lumayan detail dan rumit hiasanya....
Sebenarnya, banyak cerita yang didapat Mbah Eka WP, Namun tentunya tak bisa kami tulis semuanya... (Ini juga sambil lobi untuk mendapatkan cerita dari Mbah Eka)
Begitu elok nya tempat ini (diluar jual beli watu)... saya malah kembali ke sini lagi bersama istri.....
Begitu elok nya tempat ini (diluar jual beli watu)... saya malah kembali ke sini lagi bersama istri.....
Salam Lestari Budaya
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Nb:
1. Kontributo foto by Eka Budhiyono
2. Kontibutor Narasumber dan Cerita : Eka WP.
3. 3 Piring Nasi mangut, 2 kopi, 1 teh anget : 35K
4. Maaf Lokasi kami tak bisa memberitahukan. Demi Keamanan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar