Laman

Minggu, 15 Agustus 2010

Kerajaan Kalingga


Kerajaan Kalingga

Kalingga adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu di Jawa Tengah, yang pusatnya berada di daerah Kabupaten Jepara sekarang. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki peraturan barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya.
Putri Maharani Shima, Parwati, menikah dengan putera mahkota Kerajaan Galuh yang bernama Mandiminyak, yang kemudian menjadi raja kedua dari Kerajaan Galuh. Maharani Shima memiliki cucu yang bernama Sanaha yang menikah dengan raja ketiga dari Kerajaan Galuh, yaitu Brantasenawa. Sanaha dan Bratasenawa memiliki anak yang bernama Sanjaya yang kelak menjadi raja Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh (723-732 M). Setelah Maharani Shima meninggal di tahun 732 M, Sanjaya menggantikan buyutnya dan menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi Mataram, dan kemudian mendirikan Dinasti/Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno. Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada putranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban. Kemudian Raja Sanjaya menikahi Sudiwara puteri Dewasinga, Raja Kalingga Selatan atau Bumi Sambara, dan memiliki putra yaitu Rakai Panangkaran yang menjadi cikal bakal kerajaan Mataram.
Ratu Shima atau Sima adalah nama penguasa Kerajaan Kalingga, yang pernah berdiri pada milenium pertama di Jawa. Tidak banyak diketahui tentangnya, kecuali bahwa ia sangat tegas dalam memimpin dengan memberlakukan hukum potong tangan bagi pencuri. Salah satu korbannya adalah keluarganya sendiri.
Syahadan, Kerajaan Kalingga, Nagari di pantura (pantai utara Jawa, sekarang di Keling, Kelet, Jepara, Jateng) beratus masa berlampau, bersinar terang emas,penuh kejayaan. Bersimaharatulah, Ratu Shima, nan ayu, anggun, perwira, ketegasannya semerbak wangi di antero nagari nusantara. Sungguh, meski jargon kesetaraan Gender belum jadi wacana saat itu. Namun pamor Ratu Shima memimpin kerajaannya luar biasa, amat dicintai jelata, wong cilik sampai lingkaran elit kekuasaan. Kebijakannya mewangi kesturi, membuat gentar para perompak laut. Alkisah tak ada nagari yang berani berhadap muka dengan Kerajaan Kalingga, apalagi menantang Ratu Shima nan perkasa. bak Srikandi, sang Ratu Panah.
Konon, Ratu Shima, justru amat resah dengan kepatuhan rakyat, kenapa wong cilik juga para pejabat mahapatih, patih, mahamenteri, dan menteri,hulubalang, jagabaya,jagatirta, ulu-ulu, pun segenap pimpinan divisi kerajaan sampai tukang istal kuda, alias pengganti tapal kuda, kuda-kuda tunggang kesayangannya, tak ada yang berani menentang sabda pandita ratunya. Sekali waktu, Ratu Shima menguji kesetiaan lingkaran elitnya dengan me-mutasi, dan me-Non Job-kan pejabat penting di lingkungan Istana. Namun puluhan pejabat yang mendapat mutasi ditempat yang tak diharap, maupun yang di-Non Job-kan, tak ada yang mengeluh barang sepatah kata. Semua bersyukur, kebijakan Ratu Shima sebetapapun memojokkannya, dianggap memberi barokah, titah titisan Sang Hyang Maha Wenang.
Tak puas dengan sikap setia lingkaran dalamnya, Ratu Shima, sekali lagi menguji kesetiaan wong cilik, pemilik sah Kerajaan Kalingga dengan menghamparkan emas permata, perhiasan yang tak ternilai harganya di perempatan alun-alun dekat Istana tanpa penjagaan sama sekali. Kata Ratu Shima, Segala macam perhiasan persembahan bagi Dewata agung ini jangan ada yang berani mencuri, siapa berani mencuri akan memanggil bala kutuk bagi Nagari Kalingga, karenanya, siapapun pencuri itu akan dipotong tangannya tanpa ampun!. Sontak Wong cilik dan lingkungan elit istana, bergetar hatinya, mereka benar-benar takut. Tak ada yang berani menjamah, hingga hari ke 40. Ratu Shima sempat bahagia.
Ratu shima
Namun malang tak dapat ditolak. Esok harinya semua perhiasan itu lenyap tanpa bekas. Amarah menggejolak di hati sang penguasa Kalingga. Segera dititahkan para telik sandi mengusut wong cilik yang mungkin saja jadi maling di sekitar lokasi persembahan, sementara di Istana dibentuk Pansus, Panitia Khusus yang menguji para pejabat istana yang mendapat mutasi apes, atau yang Non Job diperiksa tuntas. Namun setelah diperiksa dengan seksama. Berpuluh laksa wong cilik tak ada yang pantas dicurigai sebagai pelaku, sementara pejabat istana pun berbondong, bersembah sujud, bersumpah setia kepada Ratu Shima. Mereka rela menyerahkan jiwanya apabila terbukti mencuri. Ratu Shima kehabisan akal.


Cerita dari Cina:
Kerajaan Yang Sangat Makmur Ini Bernama Kerajaan Holing..

Letak Kerajaan Holing tidak dapat diketahi secara pasti, sebab tidak ada prasasti yg ditinggalkan..Namun demikian ada sumber berita dari China yang digunakan untuk menganalisis letaknya.Berita China dari dinasti Tang menyebutkan bahwa letak Holing berbatasan dengan Laut sebelah selatan, Ta-Hr-La(Kamboja) di sebelah utara, Po-Li (Bali) disebelah timur dan To-Po-Teng I disebelah barat..Holing disebut dengan istilah Cho-Po(Jawa).Berdasarkan berita China tersebut dapat disimpulkan bahwa letak Holing ada di Jawa khususnya Jawa Tengah.

Negri Yang Makmur Dengan Ratu Yang Adil
Kerajaan Holing diperintah oleh seorang Ratu yang bernama Ratu Sima yang sangat keras namun adil dan bijaksana.Kejujuran sangat di tanamkan pada rakyatnya.Pejabat kerajaan dan rakyat sangat taat pada aturan dari pemerintah di bawah kekuasaan Ratu Sima hingga rakyat menjadi makmur.
Berita tentang Ratu Sima yg adil beserta negrinya yang makmur dan rakyatnya yang jujur telah terdengar sampai China dan sampai di telinga Raja Ta-che.Raja Ta-che penasaran kenapa kerajaan Holing begitu terkenal akan kejujurannya hingga sampai terdengar di China yg terbilang sangat jauh dari jawa.Akhirnya Raja Ta-che ingin membuktikan kebenaran dari kejujuran rakyat Holing.Ia pun mengirim utusann ke Holing untuk membuktikan hal itu.Utusan Raja Ta-che diperintah untuk menaruh pundi-pundi emas secara diam-diam di tengah jalan dekat keramaian pasar.
Berhari-hari,Berbulan-bulan,hingga sampai tiga tahun..pundi-pundi itu berpindah dari tempatnya.tidak satupun orang yang menyentuh pundi-pundi itu.
Hingga sampailah pada suatu hari..Sang Putra Mahkota yaitu anak tertua dari Ratu Sima berjalan melewati pasar tersebut.ketika ia berjalan,tak sengaja kakinya menyenggol pundi-pundi tersebut.
Salah seorang warga melihat kejadian tersebut..akhirnya ia melaporkan kepada

pemerintah kerajaan akan kejadian tersebut.setelah laporan tersebut terdengar oleh Ratu Sima,Ratu Sima langsung memerintahkan kepada hakim untuk menghukum mati Sang Putra Mahkota yang tidak lain adalah anaknya sendiri.Ratu Sima menganggap itu hal itu termasuk dalam kejahatan pencurian.Peraturan Kerajaan kerajaan bagi pencuri adalah hukuman mati.karena Ratu Sima berpendapat bahwa mencuri itu berawal dari menyentuh barang tersebut hingga timbul keinginan untuk mencuri.
Beberapa Patih kerajaan tidak setuju dengan keputusan Ratu Sima.Mereka mengajukan pembelaan untk Sang Putra Mahkota kepada Ratu Sima.Pembelaan mereka yaitu, Sang Putra Mahkota menyenggol pundi-pundi tersebut karena tidak sengaja dengan kakinya.maka lebih baik cukup kakinya saja yang di potong,tidak perlu di hukum mati karena ada unsur ke tidak sengajaan
Setelah melalui perdebatan yang panjang..Ratu Sima akhirnya menyetujui pembelaan dari Patih kerajaan.Sang Putra Mahkota pun akhirnya hanya di hukum potong kaki.
Utusan Raja Ta-che kembali ke china setelah melihat kebenaran tentang Adilnya Ratu Sima yang mau menghukum anaknya yang telah melakukan kesalahan dan kejujuran rakyat Holing yang benar-benar luar biasa.
Pembuktian Raja Ta-che akhirnya di benarkan oleh utusannya.


 Seluruh penghuni istana dan rakyat jelata yang berlutut hingga alun-alun merintih memohon ampun, namun Sang Ratu tiada bergeming dari keputusannya. Hukuman tetap dilaksankana. Hal itu dituliskan dengan jelas di Prasasti Kalingga, yang masih bisa dilihat hingga kini.

Sumber : 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar