Laman

Senin, 06 Juli 2009


Serat Niti Praja : Patih Kerajaan Mesir

Patih Kerajaan Mesir
(03)

Ada kisah Patih Kerajaan Mesir, sangat terkenal bijaksana, Koja Jajahan namanya, dan rakyat yang dipangkunya, semua perintahnya enak, para raja mengikutinya, mereka segan dan mengasihi, para Bupati Pamong Praja  j ika hendak menghadap raja disambut oleh Patih dengan Ramah tamah.
Dijamu semua punggawa dan menteri, para bupati yang menghadap raja, dikenyangkan sesukanya, busana, panah keris sabuk harum bunga disajikan, sampai diluar kekenyangan, laksanamengalir, semampunya member hidangan, ketika semua hendakmenghadap raja, patih Koja mengiring di belakang.
Tiga pembant nya, yang membawa tombak untuk  upacara yang membawa kaskul dan kursinya. Ia berkain panah lusuh, pakaian tambal respati, sabuknya kalekah, kainnya hitam, kerisnya Landeyan benguk, sang patih santun berlebih, tapi matinya dikhianati orang.
Sebaiknya para patih, jangan terlena dengan kejujuran, bagus bersikap santun bijaksana, tapi dalam hati hendaklah selalu waspada pahamilahisinya bumi, dan kutang singa, waspada dan teliti, jangan memudahkan urusan, jika mendekap Gajah Banteng, dan Kancil  maka hati-hatilah.
Jika eengkau percaya kepada Tuhan, dijadikan jaksa oleh sang Raja, seperti timbangan lakunya, maka cermatlah menimbang suatu persoalan, teguhlah jangan berubah, jangan mengharapkan dunia jika tidak benar jangan mengharapkan suapan, jika goyah maka Negara akan menjadi suram, jangan skeedar berbelas kasihan.
Ketauilah olehmu uang suap, sabda yang bohong akan menjadi racun, istri cantik godaannya, jaksa seperti api menyala, kabar seperti kayu kering, nama seperti tungku, apinya perkataan, asapnya sayub-sayub, padukan seperti ikan dalam air,masuklah sungguh-sungguh.
Kerjakan tuntas tanpa piranti, dipecat dicuci dengan air, bersihkan ccucianmu, rantangilah dengan tutur kat, beri bumbu dengan sahid, pangganglah dan periksalah, rebus dengan api menyala, nyalanya yang anteng, jaksa nama kedudukanmu, jangan berbohong, setialah kepada raja.
Jaksa nama kedudukanmu, merasalah jika diberi kekuasaan bersabda, ingatlah keadilan raja,, jaksa tangan kanan raja, memeriksa orang senegara, terang suramnya istana, jika tidak benar lakumu. Demikian ditulis dalam Nitipraja, nista madya utama,  jika Jaksa bersih tidak menginginkan apapun.
Jaksa madya jika mengiringi, ditawari menawari, agar benar dihadapan orang banyak, semua jaksa mengikuti maka iringlah, agar mendapat hasil, seperti perang tersulut, disebar dimedan, seperti kampak mencari mangsa, dalam air luasnya dijelajahi, tidak lain daripada air.
Nistanya jika jkasa mau menerima suap, lalu merakit bahasa untuk menipu, melihat-lihat tidak sabar, berusaha menutupi diri, apakah engkau seperti aku, dalam mencari penghasilan, dalam duduk makannya daun selembar, hasil dari tanaman yang diolah, berlindung dibalik penghasilan orang lain.
Banyak cara orang mencari hasil, sekretaris berlindung dibalik kertas dan pucuk pena, tukang gajah berlindung dibalik angkus, pandai emas berlindung dibalik api, juru sungging berlindung dibalik keindahan, adapun tuwaburu, malah hhanya berlindung di hutan, umpamanya ia mencari kijang maka ia memasang jarring dan jebakan.
Besar kecil tertindih gunung, menyamar-nyamar olehnya mengungsi mencari ilmu, pendeta berlindung dibalik tapanya, sama dengan yang ditenung, seperti burung lincah menari, olehnya mencari penghasilan, sepertiikan bekecipak lihai karena badannya kecil, tapi tajam tajinya.
Ingat-ingat sopan santun, jangan hanya suka mencari kesaktian, ketahuilah permata raja, tata hukum kerajaan, dalam menjalankan roda pemerintahan, renungkan dalam hati, biasa sampai dusun, hiasilah dirimu dengan kesantunan, jangan bergaul dengan durjana, seeprti kijang, tinggal di hutannya.
Dekat dengan prang tercinta, yang dekat dalam raja, dalam lindungan keluarga, palanĕ jika berkata, jika keluar diduduki, seperti sederet singa, sang naga menurut diseret singa galak, naga dimangsa jadi santapannya, biji-biji dedaunan.
Manusia yang terkasih, terutama yang mengabdi kepada Tuhan, tidak menolak apapunkehendaknya, disuruh engkau tunduk, peluklah lehernya jangan ragu, ibaratnya meskipun disuruh mencium pipi naga jangan mengelak, segera ciumlah jangan cemas hatimu, agar mendapat kebajikan darinya.


Serat (Serat Nitipraja ) selanjutnya : Biji Tumbuh Daun Berkembang

Diketik ulang oleh sasadaramk.blogspot.com untuk membagi peradaban agar bisa terbaca anak-cucu…. Dari buku Kitab Jawa Kuno


Minggu, 05 Juli 2009

Serat Niti Praja : Laporan Para Menteri


Laporan Para Menteri
(02)
Tunggulah laporan para menteri, lebih baik belakangan kamu bersabda, lihat dan perhatikan semua laporan, demikian tatakrama raja, terkena sakit tidak berkata, rakyat menunggu perintah, segala perintahmu ditaati, mengatur orang banyak, hati-hati dan bijaklah jangan lupa asal-usul.

Bulatkanlah hatimu kuat-kuat, semua pancaindera di dunia itu bisa menjadi musuh dan kesulitan, jika ada keputusan tiba, surat berisi hal buruk, surat yang menantang, cobaan mengancam kesejahteraan, carilah bantuan kepada orang yang tidak punya tendensi apa-apa, tahu semua yang terjadi di dunia.
Jika kamu ditakdirkan menjadi raja, ada nasihat dalam nitipraja, yang nistaa, sedang dan utama. Nista jika tidak paham, hingga musuh datang, terlalu asyik bersuka-ria, diselimuti oleh nafsu, berjiwa penakut terhadap orang, dikuasai nafsu pribadi.
Itu adalah kenistaan seorang patih, tidak paham kalau menjadi pimpinan, lagi pula tidak tulus ikhlas, kesanggupannya besar, merah bibir perut buncit, perut segala-galanya, jika dipakai laporannya, tidak terhitung kerusakan negara, pikirnya kerusakan rakyat, perintahnya sama dengan berhala.
Hingga banyak yang menunggu, agar terhormat dimata pengikut, menyombongkan diri sendiri, besar angan-angan, lupa siasat musuh, tidak ada bedanya dengan menteri, seperti elang terbang mengangkasa, kemudian menyambar mangsanya.
Tampak baik diluar, mencelakai didalam, merongrong kekuasaan, menginginkan matinya orang lain, sudah bermain hitung-hitungan, seperti pedagang mata pencahariannya, menginginkan perintah, awalnya sanggup, meminta jadi pemimpin, berjanji setia di muka tapi wataknya munafik.
Patih tengah perhatikan dengan teliti, ia menjalankan perintahmu, memimpin semua punggawa, tidak berubah pada kehendak, galau hati nan cemas, mencontoh pelaksanaaan pemerintahan, agar benar pelaksanaannya, tidak ada keinginan untuk memiliki, tidak lupa mengasihi rakyat kecil, terus kemakmuran Negara.
Patih utama harus mengimbangi, terima menerima dengan semestinya, tahu tata hukum sedunia, tindak-tanduknya cekatan, ganti berganti dengan patih, karena menata pemerintahan, hatinya pakewuh itu lebih utama dari yang utama, itulah patih, yang memangku bumi untuk kesejahteraan dunia.
Tidak menyimpan uang segenggam, emas, perak ataupun pakaian kemuliaan, biasa saja dengan raja, sangat setia kepada raja, hatinya ingin mati dalam perang sabil, tidak mengutamakan saudara, tidak mencela musuh, sama tidak memilih posisi, tidak goyah karena celaan, maka ia dipercaya dengan tulus.
Menegakkan hukum kuat bertapa, menahan beban yang sangat berat, berani menerima kematian, demi budi luhur, maka ia dihormati manusia dengan kasih, suka berderma setiap hari, dunianya tidak dihitung, kepada orang yang semestinya diberi bantuan, dan bala punggawa serta para menteri murah hati sekehendaknya.
Semua menteri hormat, rukun-rukun bak saudara sendiri, menjunjung kepada rajanya, penyembahannya tulus, tidak ada hati yang jahil, semua prajurit dan rakyat, segan dan cinta, peringatan dalam Nitipraja ini sudah dilaksanakan oleh Patih dengan segala kebijaksanaan, berupa sandi upaya

Serat (Serat Nitipraja ) selanjutnya : Patih Kerajaan Mesir

Diketik ulang oleh sasadaramk.blogspot.com untuk membagi peradaban agar bisa terbaca anak-cucu…. Dari buku Kitab Jawa Kuno