Kamis, 29 November 2018

Yoni, Geblog Sidomukti Bandungan : Masih ada

Yoni, Geblog Sidomukti Bandungan
        Kamis, 29 November 2018. Semua serba kebetulan,  sebenarnya kemarin saya sudah meminta Pak Nanang untuk menemani Blusukan ke Wonosegoro Boyolali, namun ternyata 'rencana hanya rencana' jika Tuhan YME berkehendak lain. Karena logistik NOL saya mengajukan reschedule...wkwkwkkw. Eh ditawari Yoni di Sidomukti. Langsung iyess sajalah.
        Kebetulan pula hari ini adalah Hari Ulang Tahun Korpri yang ke 47, karena kebetulan saya lupa tak prepare bawa baju ganti, setelah saya ikut Upacara Hari Korpri di Stadion Wujil pagi tadi. Jadi niatnya BLUSUKAN dalam rangka Memperingati Hari Ulang Tahun KORPRI ke 47...ahahahahah.
      Pas mau ambil kunci motor, eh ternyata kunci ketinggalan, mau membatalkan kok takut kuwalat, padahal beliau berdua (Pak dan Bu Nanang sudah standby nunggu) plus ditambah Mas Seno. Ya sudah lah... untungnya kemarin kebetulan mobil di infus pertamax, lumayan karena kubawa ke Desa Manggihan survey kegiatan perpusdes (ingat ada 2 lumpang di desa ini, link : Lumpang Manggihan Getasan).
     Berangkat dari Kantor Jam 12 (mumpung jam istirahat), maaf untuk bu Noorhayati.... Jam durasi kita ga sama jadi kali ini saya tinggal...heheh---       Menuju Sidomukti, langsung kepikiran beberapa situs yang beberapa saat lalu pernah saya telusuri bersama rekan 'Link' : Arca Ganesha GeblogLingga Situs Geblog, Lapik Situs Geblog, satu persatu menelusuri jejak di Sidomukti, sebuah pertanda, bukti keberadaan peradaban yang pernah bersemayam di area ini. 
Tak terbantahkan!
Yoni, Geblog Sidomukti Bandungan : berada di dapur
       Parah memang, saya lupa menuju lokasi, saat minta share lokasi, jawaban pak Nanang Nganyelke, " Lihat Blog"... berarti mungkin seperti itu setiap rekan tanya kujawab demikian... heheheh.. mohon maaf ya.. saya adalah pelupa,  mungkin karena lumayan banyak situs yang sudah saya telusuri jadi selalu lupa.---

       (modus asli sich sebenarnya biar nambah hit nya).
     Tak sampai 30 menit sampailah saya... 
      Dusun Geblog sendiri berada diatas dusun Clapar, sebuah lokasi "ekowisata / selfie di kebun bunga". 
       Setelah nitip parkir di depan rumah Pak Danang (lokasi Arca Ganesha Geblog Sidomukti Bandungan), saya kemudian membonceng Mas Seno. 
       Hanya kurang dari 1 menit sampailah kami. Ternyata dekat.... waktu itu memang belum berjodoh.
Yoni Berada di dalam eks dapur

      Berada di Rumah Bapak Edy Prawono, Anggota TNI yang bertugas sebagai Bhabinsa Sumowono,
     Yoni berada di dapur rumah peninggalan orang tua beliau. 
    Ukuran Yoni tidak terlalu besar, namun secara keseluruhan masih bagus kondisinya.










     Lubang di Cerat Yoni, tempat air keluar, 
Yoni, Geblog Sidomukti Bandungan

     Walaupun memang mestinya tak lagi berfungsi sesuai aslinya.
   Saat saya kelokasi, hanya ketemu istri beliau, yang memang asli dusun Geblog ini, Yoni ini sudah turun temurun di rumah. Dulu nenek beliau menyebut Yoni ini watu Lumpang, dan digunakan untuk menumbuk. 

    Saya pribadi memang agak surprise ketika diawal kedatangan, lubang di penampang atas Yoni berbentuk bulat, tapi ketika melihat dengan cermat lubang tersebut memang bukan bentuk lubang aslinya. 
        Dugaan saya ya karena digunakan untuk watu lumpang tadi. Walau di beberapa Yoni yang pernah saya lihat saat penelusuran juga lubangnya berbentuk bulat. 
Yoni Geblog : lubang Lingga  berbentuk bulat

      Tapi, saya sangat apresiasi dengan Bapak Edy Prawono yang masih melestarikan tinggalan berwujud Yoni ini. Sudah langka orang yang mau ketempatan benda berharga dimasa lalu ini. 
      --- Semoga kedepan saat proses pembangunan selesai, bisa dibuatkan taman sejara di depan rumah... karena sejarah bangsa ini sangat berharga untuk dilupakan.
Salam hormat kami pak!

   Terimakasih kepada Pak dan Bu Nanang yang meluangkan waktunya bersama-sama menelusuri ulang jejak Sidomukti ini, tentu Mas Seno yang menemukan passion baru.... Blusukan adalah jalan kita ya mas...wkwkwkwk.. 
          Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Hari Korpri 47 dan saya Blusukan di Situs Geblog Sidomukti Bandungan
 Ketahui dan Mari Lestarikan
#hobikublusukan

Minggu, 04 November 2018

Watu Lumpang Kandangan : Rise of DS


Watu Lumpang Kandangan
      Minggu 4 November 2018. Penelusuran kali ini pelengkap dari Gathering Komunitas Dewa Siwa yang ingin membangkitkan kembali roh nya, “The Rising Spirit. setelah lama tenggelam dalam kekalutan. Saya sebagai salah satu anggota komunitas tersebut memang pernah menyatakan keluar sampai suasana kondusif dan ganjalan itu menjadi terurai. Harapan saya dengan kumpul bareng ini semua bisa diselesaikan.
Kumpul di Basecamp Dewa Siwa “saya menganggap demikian”, karena selain posisinya di tengah juga si empunya rumah welcome… 
Di Rumah Pak Nanang K. di Berokan Bawen, yang juga juragan MieAyam Bakso : ancer-ancer mudah adalah Kawasan Gembol, Rumah pak Nanang cukup dekat yaitu di bawahnya...hehehehe (para cowok pasti tahu Gembol itu apa : monggo search in google)






Agenda yang dibahas terutama adalah mengurai masalah dan tentu saja menyelesaikan dengan baik. Karena kami semua yang datang menganggap bahwa Komunitas Dewa Siwa telah menjadi rumah kedua bagi kami, menjadi keluarga. Bawasannya  'sedulur kui saklawase'. Walaupun memang tak semua yang seharusnya datang tak menganggap ini penting. Tapi sudahlah Dewa Siwa tetap harus terbit lagi laksana Matahari di pagi hari.
Mulai pertemuan siang hari, sekitar jam 11an, berbagai hal dibahas. Sampai kemudian terputus konsensus : Koh Singo sekarang yang menjadi Nahkoda Komunitas Dewa Siwa ini. Saya pribadi menjadi semangat kembali, semoga berkembang dan sesuai roh awal Komunitas ini.
Sudah menjadi adat di Komunitas kami, bila ada pertemuan seperti ini, diakhiri dengan penelusuran bersama. Walaupun awalnya memang tak direncanakan. Tapi kalau sudah menjadi garis ya terjadilah blusukan kekeluargaan ini.
Watu Lumpang di belakkang toko Andalan 
Saya minta maaf kepada Mas Seno (FB Sabaku Seno) yang saya tembak untuk jadi guide. hehehe. terus terang sekian lama kami mencocokkan waktu luang agar bisa penelusuran area Kandangan (domisili Mas Seno) tak jua menemukan titik temu. dan baru lah di akhir Gathering ini, mas Seno tak bisa lagi mengelak...heheheheh. Ampun kapok nggeh. "Sekalian silaturahmi mas", begitualibi kami.
Dari Berokan, kemudian melewati pasar Sapi Bawen, terus melewati Terminal Bawen kemudian pas di tanjakan langsung ambil kanan.

Langsung menuju lokasi dengan petunjuk dari Mas Seno. Lumpang yang menjadi destinasi kami ini terletak di area kebun jari warga, persis dibelakang Toko Kelontong Andalan. Tepatnya di Dusun Bulu, Desa kandangan Kecamatan bawen Kabupaten Semarang
Sampailah Kami, 
Watu Lumpang Kandangan
     "Sebenarnya, dulu sekitar 10 tahun lalu masih ada satu lagi watu lumpang tak jauh dari sini, berukuran lebih kecil namun sudah hilang entah dicuri orang atau dirusak ditempat saya kurang tahu", jelas Mas Seno. Sayang sekali memang kami telat!
Watu Lumpang Kandangan

    Kondisi Watu Lumpang Kandangan sudah memprihatinkan, banyak dempul semen di beberapa titik, sehingga malah seperti serangan jamur yang menutupi watu Lumpang.
Watu Lumpang lumayan tebal, 

Fungsi Lumpang diduga salah satunya sebagai sarana ritual wujud syukur kepada yang kuasa (atas melimpahnya hasil pertanian)

Seduluran ki guyonan bareng

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
#hobikublusukan


Kamis, 01 November 2018

Candi Bogang : Candi yang konon tak terselasaikan


Candi Bogang Wonosobo
       Kamis, 1 November 2018. Sebuah rencana cukup lama yang akhirnya terkabul juga. Sekitar awal tahun 2012, waaktu itu saya bersama rekan kerja perjalanan pulang dari Perpusda Purbalingga, saat mobil berjalan lumayan ngebut, saya duduk di jog barisan belakang mobil sejuta umat. 
      Ketika melamun menengok sebelah kiri…. Mata saya langsung dikagetkan penampakan arca budha! Dipinggir jalan, Saya bingung, harus bagaimana akhirnya terdiam. Setelah 1km kemudian mobil mampir di SPBU, saya bercerita kepada rekan, eh rekan tersebut malah “Lha tadi minta berhenti sebentar tidak apa apa kok!”, lemes saya…. 
     Sampainya dirumah, saya langsung mencari informasi dan data keberadaan situs ini. 
   "Candi Bogang”…. Nyesek….! Keinginan penelusuran ke Candi Bogang timbul lagi, menyala di hati setelah membaca berita mengenai penemuan Arca Budha kedua sekitar tahun 2017.
     Akhirnya hari ini setelah berulangkali rencana menemui kegagalan, akhirnya saya nekat “Harus hari ini atau tidak sama sekali”, Begitu tekad saya. Sambil mencoba menghubungi “sedulur lanang” Wonosobo, jam 10 saya langsung meluncur. 
      Bagaimanapun durasi tetap menjadi adrenalin yang harus saya taklukkan, Jam 4 wajib sudah sampai rumah. Sambil menyiapkan fisik, Perlengkapan (jas hujan, sandal jepit karena sudah mulai memasuki musim penghujan), mental (blusukan situs sendiri butuh mental khusus, sudah lama saya tak mengalaminya, perlu menumbuhkan lagi) dan tentu saja karena ini blusukan logistik tak terlalu banyak. (coba nanti di akhir tulisan akan saya tulis berapa logistik yang saya butuhkan. Singkat cerita.
       Pas azan dzuhur, saya sampai di Candi Bogang, langsung masuk dan mohon izin ke petugas. Segera mengeksplor. Memuaskan pandangan mata saya.


Candi Bogang
    Pertamakali ditemukan, kepala Arca Buddha pada tanggal 23 Februari 1982 (saat ini demi alasan keamanan Kepala arca di simpan di Museum Karmawibhangga Kompleks Candi Borobudur). awalnya, tempat ini hanya suatu gundukan tanah tanpa ada bangunan di atasnya. 
     Namun, saat tempat ini akan dijadikan tempat parkir oleh pemilik rumah makan yang berada tepat di sebelah Candi Bogang, ternyata ditemukan sebuah arca kepala Budha. Penemuan arca tersebut kemudian dilaporkan kepada BCB Jateng dan menjadi titik awal dari ekskavasi kawasan Candi Bogang.
(Saya ambilkan dokumentasi tarabuana kepala arca tersebut).

      Candi Bogang sendiri berada di Jalan Raya Banyumas KM 5,5, berseberangan dengan Kantor Imigrasi II Wonosobo. Secara administrasi Candi Bogang berada di Kelurahan Selomerto, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo. 
   Saat saya lewat itu (2012), Arca yang tampak dari jalan raya hanya satu. 



       Karena memang arca yang kedua masih terpendam (masih dalam satu area) dan saat itu belum diangkat.

eskavasi arca kedua Candi Bogang

     Saat ini (2018) Kedua Arca, sudah berdiri dan ditempatkan di Pendopo ini. 
Arca di Candi Bogang

     Arca yang pertama tak punya ciri khusus, namun arca yang kedua (yang berukuran lebih besar) memiliki bentuk khusus, seperti yang dipaparkan Veronique Degroot dalam bukunya Candi, Space and Landscape: A Study on the Distribution, Orientation and Spatial organization of Central Javanese temples remains, menyebutkan bahwa arca kedua Candi Bogang ini mempunyai bentuk yang menyerupai bodhisattva avalokitesvara.
Arca yang pertama : 



Arca Yang Kedua, 







    
      Informasi yang terpampang di papan informasi di sekeliling Candi Bogang memang tidak secara detail membahas Arca ini. Berikut ini yang bisa saya cuplikkan dari papan keterangan Candi Bogang :

       Berdasarkan tinggalan artefak berupa Arca Buddha berukuran relatif besar menunjukkan situs ini memiliki peranan penting dalam perkembangan sejarah masa pengaruh Hindu-Buddha di Jawa periode abad VIII-X Masehi. Pada masa itu telah berdiri Kerajaan Mataram Kuno.      Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berdiri sejak awal abad ke 8. Pada awal berdirinya, kerajaan  ini berpusat di Jawa Tenga. Kerajaan ini sebenarnya mempunyai dua corak agama yang dianut di dalamnya, yaitu hindu Siwa dan Buddha Mahayana. Masuknya pengaruh ini merubah tatanan hidup masyarakat menuju kondisi yang lebuh baik dari sebelumnya. Tata kehidupan masyarakat yang diatur melalui lembaga kesukuan berubah menjadi lembaga kerajaan yang lebih kompleks seperti adanya sistem birokrasi, undang-undang, tentara dan istana yang mengatur kehidupan masyarakat. Konsp ini merupakan awal kehidupan bernegara

Candi Bogang
     Berbeda dengan Candi Arjuna ataupun candi lainnya yang berada di kawasan Dieng yang merupakan peninggalan Hindu, Candi Bogang ini merupakan situs peninggalan agama Budha. Jacques Dumarcay dalam bukunya Candi Sewu and Buddhist Architecture of Central Java menyebutkan bahwa Candi Bogang merupakan bukti penyebaran Budha oleh Wangsa Sailendra di daerah Wonosobo, yang kemungkinan terjadi pada Abad 7 - 8 Masehi. 
    Literatur lain yang ditulis oleh Djoko Dwiyanto dalam Laporan Hasil Sementara Ekskavasi Penyelamatan Candi Bogang mengatakan bahwa situs ini erat kaitannya dengan situs Candi Mendut, candi Buddha yang terdapat di Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. Arca dan batuan candi yang ditemukan di kawasan ini mirip dengan struktur batuan dan arca Candi Mendut. 
    Candi Bogang, mungkin saja dulu merupakan bakal candi yang serupa dengan Candi Mendut, namun tidak terselesaikan pembangunannya,  entah karena perselisihan atau bencana atau sebab lain yang masih terselubung misteri tanda tanya. 
Mie Ongklok Wonosobo
     Setelah merasa cukup, kemudian saya beristirahat sambil menunggu sedulur Wonosobo "Kang Seto" yang langsung nyamperin. Awalnya akan di antar ke 1 situs lagi. Namun karena jam ditangan saya sudah menandakan durasi mepet. Saya angkat tangan dan lain kali saja. 
Tapi Pesona Mie Ongklok tak mampu kutolak.
 Maturnuwun Kang Seto.

Saya dan Kang Seto
Salam pecinta situs dan watu candi


Sampai ketemu di kisah blusukan selanjutnya….
#hobikublusukan

Sumber Bacaan : 
1. wedangankopijahe.blogspot.com
2. tarabuwana
3. gmaps

Nb:

· -Kurang lebih 6 jam jam PP dari Ungaran saya habiskan waktu untuk blusukan ini, termasuk istirahat beberapakali
· 2 kali isi pertalite @ 20rb.
· 1 x mampir di xxxxxmaret ( 2 roti sandwich coklat, 1 botol air mineral, 1 teh kotak, 1 kopi dan 1 pocari sweat, jarum12) total 40rb (free Mie Ongklok...hehehe)
“60rb saya sudah sampai Wonosobo - PP….. mahal atau murah itu relatif”.

Kamis, 25 Oktober 2018

Mampir di Watu Lumpang di Halaman Soto Sedep Jambu


Watu Lumpang di Halaman Soto Sedep Jambu
Kamis, 25 Oktober 2018. Cerita ini adalah bonus blusukan, diluar rencana sama sekali. Bahkan sampai di detik terakhir Pak Nanang dan Mbak Laiva tak mengetahui destinasi ini. 
Ceritanya setelah mampir di rumah Paklik saya, kemudian perjalanan pulang kali ini seperti biasa joki motor Mas Dhany, bila membonceng, seperti tulisan di angkot, “Bukan cepat, hanya terbang rendah…” hehehhe. Makanya jalan selalu didepan pak Nanang.
 Sesampainya di resto Soto Sedep Jambu saya memberi kode Pak Nanang untuk mengikuti kami, awalnya ekspresi Pak Nanang menolak untuk makan soto, padahal memang gak ada yang traktir pak…heheheh. 

Kami langsung menuju sebuah bangunan berbentuk cungkup berjeruji.
 Watu Lumpang di Halaman Soto Sedep Jambu
Watu Lumpang di Halaman Soto Sedep Jambu
Tertanam dalam arti diplester dengan semen lengkap dengan pernik-pernik puzzle dari pecahan keramik warna-warni. Sudah sejak lama saya sebenarnya ingin menyambangi watu lumpang ini. Namun entah kenapa tak terlaksana juga.
Di dalam jeruji ini, 
Awal saya mengetahui keberadaan Watu Lumpang ini dari berita di Koran tentang kekisruhan “ adanya gazebo” soto sedep yang menutupi masjid. Di salah satu kalimat dalam berita itu meceitakan tentang kebeadaan sumur yang dikeramatkan dengan adanya watu lumpang. Langsung saat itu saya mencari sisik melik. Bahkan beberapa rekan langsung mendokumentasikannya. 
Di Google Maps Gazebo tersebut masih Nampak ada..:
Kondisi saat ini, sayangnya banyak sampah di atas lumpang ini… padahal saya yakin orang tersebut tahu ini bukan lubang sampah!
Semoga pengelola Soto Sedep rutin membersihkan, Potensi fasilitas wisata sejarah ada di Halaman Soto Sedep ini, polesan sedikit jadilah. Pengalaman kami saat di lokasi ini, ketika mengambil beberapa gambar, eh banyak orang yang penasaran.
Salam pecinta situs dan watu candi

Sampai ketemu di kisah blusukan selanjutnya….

#hobikublusukan

Nb:
“OOO pantes Mbak Laiva sepanjang perjalanan gelisah, bahkan saat kami mampir di Soto Sedep tidak seperti biasa, tidak kerasan”, nampaknya ini penyebabnya…hehehhe (foto tambahan…jadi ganjil, 
yang sebelumnya berempat… heheheheh #salammantanpartner!

Yoni Dusun Nglangon Desa Plumbon, Grabag

Yoni Dusun Nglangon Desa Plumbon, Grabag


Kamis, 25 Oktober 2018. Kisah selanjutnya blusukan kemisan bulan Oktober 2018 ini, setelah mampir di Watu Lumpang Plumbon secara tak sengaja, kemudian singgah di tujuan utama yaitu Candi Plumbon, Grabag, dan kami masih di Desa Plumbon kami meluncur menuju destinasi selanjutnya. Desa Plumbon sendiri sangat dekat dengan Candi Umbul. Bahkan Paklik saya ada yang bermukim di dekat sini dan menjadi tempat belajar saya sekaligus guru saya mengenai dunia situs ini.
Tidak sampai 5 menit, dengan 1x belok kiri sampailah kami di sebuah Makam, dimana ada Yoni di pinggir jalan,
Yoni  Dusun Nglangon desa Plumbon, Grabag
     Yoni ini tepatnya berada di Makam Dusun Nglangon Desa Plumbon, Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang. Berukuran lumayan cukup besar,
Namun cerat Yoni sudah rusak,
Cerat sendiri adalah bagian Yoni, sebagai jalan keluar air suci saat ritual peribadatan. Diatas Bagian Yoni sebenarnya ada Lingga yang ditempatkan dilubang. Awalnya kami mengira potongan Lingga, namun ternyata bukan.
Beberapa saat kami disini, tak ada satupun warga yang melintas untuk kami tanyai, Pak nanang yang sebelumnya sudah kesinipun minim informasi mengenai ikhwal sejarah keberadaan Yoni di lokasi ini.
Panel Tubuh Yoni berhias motif sederhana, 
Dari pengamatan kami, Yoni belum ada regristrasi, semoga pihak terkait segera memperhatikan keberadaan situs ini.
Dibagian bawah yoni ada bagian yang berlubang, kondisi juga relatif ditelantarkan, banya lumut di banyak sisi yoni.
 Mungkin saja tak dirusak ya karena Yoni berada di makam, sehingga membuat warga segan, namun ada untunya juga, jejak sejarah desa ini masih terlihat, dapat di raba jejak visualnya.
“Kita nanti istirahat di destinasi selanjutnya, pemandangan sangat indah”, ajak Pak Nanang. Wah bisa Ngopi, pikir saya, gayung bersambut. Kami kemudian mengikuti beliau. Masih saya membonceng Mas Dhany kemudian Mbak Laiva dan Pak Nanang. Saat masuk gang yang saya yakin sering lewat gang ini, saya sempat berkata kepada Mas Dhany, nanti kita kejutkan pak Nanang, di rumah Paklik saya ada Yoni…. Sambil tertawa puas, bayangan saya akan mengagetkannya. Tepat setelah saya diam, eehhh lhadalah Pak Nanang berbelok menuju Rumah Paklik saya….. --- kalau kata orang speechless.. ya itu saya seketika diam… bingung tertawa atau gelo… akhirnya hanya diam, senyum dan .. “Loh kok koe mbang”, sapa Paklik saya… dan Pak Nanang histeris……
Bisa dibayangkan ekspresi Pak Nanang Bagaimana, ingin mengagetkan saya, namun…. Haghaghaghaghag,,,,, makplenggong
(Kisah saya ketemu Yoni di rumah Paklik ada di link :Yoni di rumah Paklik yang saya buat tahun 2016)
Setelah berpanjang lebar menimba ilmu kehidupan, kami kemudian pamit karena durasi gila. Dan kali ini semuanya punya DURATION TIME, namun yang gila yang belum bekeluarga…wkwkwkwk durasi ne lucu…haghaghaghaghah
Salam pecinta situs dan watu candi
Mas Dhany, Pak Nanang, Mbak Laiva dan Saya
Mari kita lestarikan...
#hobikublusukan
Nb:
Lanjut menuju Watu Lumpang Soto Sedep Jambu