Jejak Peradaban di Watu Sapi, Penggaron Lor Semarang |
Minggu, 24 Desember 2017. Bagai dapat durian runtuh saja ketika liburan natal pulang ke rumah mertua.
Bagaimana tidak, sebelumnya rekan Komunitas yang tinggal di Mranggen Demak, Mas Romi posting tinggalan purbakala di daerah Penggaron yang memang berbatasan dengan Mranggen.
Beberapa hari sebelumnya sempat berkomunikasi, juga rekan lain "The Partner", tertarik turut serta jadilah....
Selain jadi penunjuk jalan, Mas Romi dengan rela saya nebeng motor... sekaligus saya di jemput dari Rumah Mertua di kembangarum. hehehe. terimakasih-nya triple ya mas...hehehe. Setelah kumpul semua, dari kembangarum kami kemudian berangkat ke arah Terminal Penggaron, pertigaan Giant lurus, kira-kira 500m kemudian lampu sign arah kanan kami nyalakan.
Masuk jalan perkampungan, kira-kira 1km lebih dikit (mohon maaf saya tak terlalu hapal), sayapun alpha share lokasi. Jadi sebaiknya sahabat jika ingin ke lokasi minta tolong Guide spesial saja : Mas Romi, Semoga beliau berkenan... hehehe.
Jejak Peradaban di Watu Sapi, Penggaron Lor Semarang |
Beberapa kali belok kanan dan kiri, melewati mushola (saya lupa namanya), sampailah kami..... Situs tepat di ladang Jagung dan Kebun Pisang depan Rumah Bapak Surahman Penggaron Lor Kec. Genuk Kota Semarang.
Situs Watu Sapi, Penggaron Lor Semarang |
Bukan
hanya 1 batu purbakala di situs ini, tapi ada Yoni, Nandi, dan 2 Lapik.
Watu Sapi, Penggaron Lor Semarang |
Kepala Arca nandi Penggaron Lor |
Kondisi
Arca Nandi masih utuh dengan kepala (sebagian besar yang saya temui saat
blusukan sudah terpenggal), namun terlihat sudah mengalami perubahan bentuk
karena termakan usia, bagaimana tidak ribuan tahun yang silam.
Bentuk
kepala nampak sederhana tak terlalu detail (mungkin karena lapuk) dan agak
terasa ganjil. Saya menganggap ganjil karena dari pengalaman saya, rata-rata
bentuk secara fisik sangat mirip dengan hewan Sapi (dengan skala ukuran sangat
proposional). Kesimpulan saya, Arca Nandi ini unik.
Posisi Njerum (duduk santai versi Sapi, kaki belakang ditekuk) sebelah kanan, yang tak biasa saya temui.
Disebelahnya, merupakan (tuan-nya) : = bila lengkap satu paket YONI-LINGGA.
Yoni, merupakan manifestasi dari Dewa Siwa yang diwujudkan dalam satu bentuk. Yoni adalah perwujudan Shakti dewa Siwa.
Posisi Njerum (duduk santai versi Sapi, kaki belakang ditekuk) sebelah kanan, yang tak biasa saya temui.
Disebelahnya, merupakan (tuan-nya) : = bila lengkap satu paket YONI-LINGGA.
Yoni Situs Watu Sapi, Penggaron Lor Semarang |
Yoni, merupakan manifestasi dari Dewa Siwa yang diwujudkan dalam satu bentuk. Yoni adalah perwujudan Shakti dewa Siwa.
Kondisi Yoni
baik (walau) mengesampingkan ketiadaan pasangannya (= lingga) serta lumut dan
jamur di hampir seluruh permukaan Yoni. Di dekat Yoni ada beberapa sajen dan
sisa dupa yang tak habis di bakar. Yang membuktikan masih ada yang lelaku di situs ini, namun entah
bertujuan apa.
Yoni berukuran
sedang, maaf terbiasa lupa untuk mengukur dimensi situs…. (untuk memudahkan saya
bagi tiga skala : kecil, sedang dan besar saja untuk memudahkan. Heheh…. Juga
sederhana, tapi tetap berhas pelipit, tanpa penangga cerat serta polos tanpa
hiasan pada bagias atas cerat.
Rompal ceratnya : Yoni Situs Watu Sapi |
Kondisi penampang atas, terutama bagian luar
(penahan air yang mengalir agar keluar melalui cerat) sudah aus di hamper semua
sisi. Nampaknya seperti yang sudah-sudah dipakai secara turun temurun untuk
mengasah benda tajam seperti Pedang, sabit, parang, dll.
Badan Lingga :
Lubang Lingga :
Badan Lingga :
Yoni Watu Sapi, Penggaron Lor Semarang |
Lubang Lingga :
Yoni Watu Sapi Penggaron Lor |
Cerat Yoni :
“Dulu ada patungnya pula saat saya masih kecil, namun katanya dibawa ke museum/ siapa saya tak ingat”, cerita pak Surahman. “Malah dulu pernah ada orang yang ingin mencuri Yoni itu. Tapi karena mobilnya tak kuat sehingga tak jadi”, tambah beliau.
“Warga masyarakat disini masih menjadikan situs ini keramat, sehingga tak akan pernah setuju bila dipindahkan, sebegai tetenger atau pengingat leluhur”, tutup Bapak Surahman sambil berlalu ingin meneruskan berladang. Semoga pula tetap lestari….
Cerat Yoni Watu Sapi Penggaron Lor |
“Dulu ada patungnya pula saat saya masih kecil, namun katanya dibawa ke museum/ siapa saya tak ingat”, cerita pak Surahman. “Malah dulu pernah ada orang yang ingin mencuri Yoni itu. Tapi karena mobilnya tak kuat sehingga tak jadi”, tambah beliau.
“Warga masyarakat disini masih menjadikan situs ini keramat, sehingga tak akan pernah setuju bila dipindahkan, sebegai tetenger atau pengingat leluhur”, tutup Bapak Surahman sambil berlalu ingin meneruskan berladang. Semoga pula tetap lestari….
Lapik Arca Situs Watu Sapi Penggaron Lor |
Lapik Arca Situs Watu Sapi |
Bahkan lebih (misal sebuah bangunan suci yang lengkap pada masa itu)
Berfoto selfie dulu :
Situs Watu Sapi Penggaron lor |
"Selain Watu sapi, di arah sana ada sumur tua yang dipercaya warga punya keterkaitan dengan Watu Sapi ini", jelas Bapak Surahman sambil menunjuk arah dengan petunjuk pohon kelapa.
Sumur tua Penggaron |
Dari tempat parkir kami di depan rumah Bapak Surahman, kemudian kami jalan kaki.
Saat datang kesini, karena musim hujan tanah tempat berpijak seperti lumpur, benar-benar menyiksa karena selain nyamuk cukup banyak kaki menjadi berlumpur.
Saat datang kesini, karena musim hujan tanah tempat berpijak seperti lumpur, benar-benar menyiksa karena selain nyamuk cukup banyak kaki menjadi berlumpur.
Ya semua itu hanya ingin tahu bagaimana wujud rangkaian sejarah masa lalu yang tertinggal itu.
Batu Bata sumur unik, masih memakai batu bata melengkung dan berukuran lebih besar sedikit dari pada Batu bata jaman now. Namun saya duga bukan dari peradaban yang sama dengan Watu Sapi.
Video Amatir :
Sampai ketemu di kisah penelusuran selanjutnya, Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Situs Watu Sapi Penggaron lor |
#HobikuBlusukan
Mie Ayam Pojok Penggaron Lor |
KAMEHAMEHA
Di Watu Sapi, Penggaron Lor Semarang : SSDRMK, ROMI ROMEO dan SURYO WIBOWO |
Sangat senang hati saya melihat anak2 muda yang menjadi pemerhati budaya, termasuk candi2 kuno dari masa Hindu dan Buddha. Semoga Hyang Tunggal senantiasa melindungi dan memberkati anak2 muda ini.
BalasHapusSayang sekali, Pemerintah Kota Semarang sangat kurang mengapresiasi dan menyelamatkan situs2 dari masa Hindu dan Buddha ini.
BalasHapus