Laman

Jumat, 22 September 2017

Situs pertapaan makam Seba, Desa Sukoharjo Kec. Pabelan Kabupaten Semarang

Situs pertapaan makam Seba, Desa Sukoharjo Kec. Pabelan 
      Jumat, 22 September 2017. Dari Lumpang Sukoharjo Pabelan yang berada di perkebunan karet. Kami kemudian keluar kembali melewati terowongan kecil. Setelah itu ambil kanan, pertigaan kiri. 
     Dimana tujuan kami di gumuk disamping jalan tol.
      Dari ibu yang kami temui saat beliau cuci pakaian di sendang, "Makam kuno itu sudah sejak dulu, dikeramatkan dan dikenal sebagai pertapaan", jelasnya.
     Setelah kami parkir motor kemudian kami jalan memutar di kebun Sengon menuju puncak gumuk ditengah timbunan bambu.
      Suasana syahdu menyanbut kami, walau pun cuaca terik di luar namun ketika kami menginjakkan kaki di area makam berubah menjadi sejuk. Sinar matahari terhalang daun bambu dan berubah menjadi temaram, secara singkat bisa disebut agak wingit.
Situs pertapaan makam Seba, Desa Sukoharjo Kec. Pabelan 
      Kekunoan sudah langsung dapat dilihat dari makam yang berada di area ini. 
     Yang paling mencolok adalah 2 batu tersusun dengan ukuran dan bentuk yang menarik perhatian kami.
Watu Candi di Makam Seba
     Dibawahnya ada batu dengan guratan pola unik. Seperti buku tulis kotak jaman dulu.

    Dari informasi rekan (masih mentah), batu berukir pola kotak ini mungkin saja berisi 'mantra',  / panduan ritual untuk upacara tertentu.
Situs pertapaan makam Seba

       Dibagian atas, pola batu yang kami duga menjadi bagian struktur bangunan, bisa bawahan pintu, dasaran bangunan. Yang kami sepakati, Makam ini pasti memiliki keterkaitan dengan petirtaan (sendang Tlogo di bawahnya).
     Watu dibawahnya, tetap membuat penasaran kami. Walau bentuknya sudah tak kotak lagi tapi bisa saja umpak, lapik, atau Yoni. 
    3 orang dengan usaha yang cukup keras kami mencoba membuka: batu datar saja.
Situs pertapaan makam Seba, Desa Sukoharjo Kec. Pabelan 

     Setelah kami rasa cukup, kemudian satu persatu tanpa kami atur tak kami sengaja baris urut. Formasi depan Mas Dhany, Mas Eka WP, saya dan terakhir Lek Suryo. Kami percaya saja dengan mas Dhany yang memilih rute jalan menuju parkiran motor. 
      Melewati timbunan daun bambu yang mengering, tepat saat saya 'mbatin', "Mas Dhanny ki sengojo milih dalam sing curam lan lunyu ben kancane...e", sebelum saya menyelesaikan kalimat dalam hati terjadilah gedebuuk... 
    Mas Eka di depan saya jatuh berdebum tepat di pandangan saya. Jadi saksi hidup ... tanah humus bergetar, kejamnya mas dhany lagi - lagi tertawa paling kencang diantara kami bertiga, padahal mungkin ini strateginya.... hahhaha. Sayang sekali kejadian ini tak terekam. Karena kami saking terpananya.
      Ekspresi mas Eka WP itu lo, terus terang yang buat saya pribadi tertawa... antara ekspresi tertawa tapi malu plus ingin nangis menjadi satu. 

     Detik - detik setelah Mbah Eka WP jatuh (video by Mas Dhany-- yang tertawa paling jahat): 

      Sambil terus mesam mesem, kami melanjut kan penelusuran. Kami kembali menuju arah Ramayana Salatiga, bersambung ke naskah berikutnya : Kemuncak Karangpete Salatiga.
     Video amatir:

     Berfoto selfie bersama, (sebelum berdebuummm kencang, masih bisa melet..wkwkwk)
Situs pertapaan makam seba
Salam pecinta situs dan watu candi
Situs pertapaan makam Seba
#takperlutenar

nb: terimakasih para Kontributor Foto (Suryo Wibowo, Dhany Putra dan Eka W Prasetya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar