Laman

Rabu, 01 Juni 2011

Candi Sari

ekspedisi rorojonggrang
Candi Sari
 Setelah, mengalami kejadian yang kurang menyenangkan di Candi Kedulan, tujuan selanjutnya adalah candi Sari.  Letak candi ini hanya 500 meter dari Jalan Raya, tepatnya di Jl. Solo - Jogjakarta Km. 14, untuk penanda jalan masuk adalah kantor Telkom, setelah ketemu langsung lurus saja, kelihatan dari jalan candi Sari.
Seperti yang sudah-sudah membayar terlebih dahulu Rp. 2000,- kemudian mulailah meng"EKSPLOR" keindahan candi Sari.
Peta Petunjuk Ekspedisi rorojongrang
CANDI SARI berarti candi yang indah, terletak di Desa Bendan, Kelurahan Tirtamartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman DIY. Candi Sari ditemukan dalam keadaan rusak berat, kemudian pada tahun 1929 dipugar oleh Dinas Purbakala, selama setahun. Tahun pendirian candi ini belum dapat diketahui dengan jelas, hanya diperkirakan tahun berdirinya sama dengan pendirian candi Kalasan, yakni abad 8 M pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, bersamaan dengan masa pembangunan Candi Kalasan. Kedua candi tersebut memang memiliki banyak kemiripan, baik dari segi arsitektur maupun reliefnya. Keterkaitan kedua candi ini diterangkan dalam Prasasti Kalasan (700 Saka / 778 M). 
Dalam Prasasti Kalasan diterangkan bahwa para penasehat keagamaan Wangsa Syailendra telah menyarankan agar Maharaja Tejapurnama Panangkarana, yang diperkirakan adalah Rakai Panangkaran, mendirikan bangunan suci untuk memuja Dewi Tara dan sebuah biara untuk para pendeta Buddha. Untuk pemujaan Dewi Tara dibangunlah Candi Kalasan, sedangkan untuk asrama pendeta Buddha dibangunlah Candi Sari. Fungsinya sebagai asrama atau tempat tinggal terlihat dari bentuk keseluruhan dan bagian-bagian bangunan dan dari bagian dalamnya. Bahwa candi ini merupakan bangunan agama Buddha terlihat dari stupa yang terdapat di puncaknya
Candi Sari terdiri dari kaki, tubuh dan atap, Candi Sari berbentuk persegi panjang, dengan ukuran 17,30 x 10 m, walaupun konon denah dasar aslinya lebih panjang dan lebih lebar, karena kaki yang asli menjorok keluar sekitar 1,60 m. Tinggi keseluruhan candi dari permukaan tanah sampai puncak stupa adalah 17 - 18 meter. Gerbang candi, yang lebarnya kira-kira sepertiga lebar dinding depan dan tingginya separuh dari tinggi dinding candi, sudah tak ada lagi. Yang tersisa hanya bekas tempat bertemunya dinding pintu gerbang dengan dinding depan.
Tubuh candi terdiri atas tiga ruangan atau bilik yang berjajar yang masing-masing dihubungkan dengan lubang pintu diantara tembok pemisah. Pada bagian tubuh candi bagian luar terpahat arca arca yang diletakkan menjadi dua baris diantara jendela. Arca ini merupakan Dewa Bodisatwa dan Tara berjumlah 36 buah, yakni 8 di sisi timur, 8 di sisi utara, 8 di sisi selatan dan 12 di sisi barat. Pada umumnya arca ini memegang teratai merah atau biru, serta semua arca ini digambarkan dalam sikap lemah gemulai, yaitu dengan sikap Tribangga, begitu pula dengan roman mukanya digambarkan jauh lebih tenang dan halus serta tidak terlalu mewah hiasannya seakan akan disesuaikan dengan tempat suci agama Budha. Selain itu di sebelah kiri kanan jendela ada pahatan Kinara Kinari atau mahluk kayanganyang berwujud setengah manusia setengah burung. Candi Sari ini di bagian luar dilapisi dengan Bajralepa dimaksudkan untuk memperhalus dinding dan pengawet batu supaya tidak lekas aus.
Melihat bentuk bangunan candi yang terdiri atas beberapa bilik candi yang lantainya dari kayu, jendela bergeruji dari kayu, pintu yang terdiri dari kayu, maka dahulu candi Sari dipergunakan sebagai tempat tinggal atau Vihara yakni sebagai tempat meditasi dan asrama bagi pendeta menganjar para siswanya, dimana didalamnya terdapat sebuah kuil.
Menurut Kempers, Candi Sari ini aslinya memang merupakan bangunan bertingkat dua atau bahkan tiga. Lantai atas dulunya digunakan untuk menyimpan barang-barang untuk kepentingan keagamaan, sedangkan lantai bawah dipergunakan untuk kegiatan keagamaan, seperti belajar-mengajar, berdiskusi, dsb. Tembok candi ini juga dilapisi dengan vajralepa (brajalepa), lapisan pelindung yang juga didapati di dinding-dinding Candi Kalasan. Dari luar telah terlihat bahwa tubuh candi terbagi menjadi dua tingkat, yaitu dengan adanya dinding yang menonjol melintang seperti "sabuk" mengelilingi bagian tengah tubuh candi. Pembagian tersebut diperjelas dengan adanya tiang-tiang rata di sepanjang dinding tingkat bawah dan relung-relung bertiang di sepanjang dinding tingkat atas.
Relung-relung di sepanjang dinding luar candi, baik di tingkat bawah maupun atas, saat ini dalam keadaan kosong. Diperkirakan, relung-relung tersebut tadinya dihiasi dengan arca-arca Buddha.
Dinding luar tubuh dipenuhi pahatan arca dan hiasan lain yang sangat indah. Ambang pintu dan jendela masing-masing diapit oleh sepasang arca lelaki dan wanita dalam posisi berdiri memegang teratai. Jumlah arca secara keseluruhan adalah 36 buah, terdiri dari 8 arca di dinding depan (timur), 8 arca di dinding utara, 8 di dinding selatan, dan 12 di dinding barat (belakang). Ukuran arca-arca itu sama dengan ukuran tubuh manusia pada umumnya.
Pada bagian lain dinding dipenuhi dengan pahatan berbagai bentuk, seperti Kinara Kinari (manusia burung), suluran, dan kumuda (daun dan bunga yang menjulur keluar dari sebuah jambangan bulat). Di atas ambang jendela dan relung-relung dihiasi dengan Kalamakara tanpa rahang bawah dalam bentuk yang sangat dekoratif dan jauh dari kesan seram. Sebagaimana dengan yang terdapat pada dinding Candi Kalasan, dinding Candi Sari juga dilapisi oleh lapisan Vajralepa, yang berfungsi memberikan warna cerah dan mengawetkan batu.
Tangga naik ke permukaan kaki candi telah hancur. Di sisi tangga terdapat sebuah umpak batu. Tidak jelas apakah umpak batu itu memang berada di tempatnya semula, namun tampaknya bagian bawah umpak tadinya terbenam dalam tanah.
Pintu masuk berada di tengah sisi yang panjang di sebelah Timur. Aslinya, ambang pintu di dinding candi tersebut terletak dalam bilik penampil yang menjorok keluar. Saat ini bilik penampil tersebut sudah tidak bersisa, sehingga pintu masuk ke ruang dalam candi dapat langsung terlihat. Hiasan di bingkai dan Kalamakara di atas ambang pintu sangat sederhana, karena hiasan yang indah terletak di dinding luar bilik pintu.
Di dalam candi terdapat tiga ruangan berjajar yang masing-masing berukuran 3,48 m x 5,80 m. Kamar tengah dan kedua kamar lainnya dihubungkan oleh pintu dan jendela. Bilik-bilik ini aslinya dibangun sebagai bilik bertingkat. Tinggi dindingnya dibagi dua dengan lantai kayu yang disangga oleh empat belas balok kayu yang melintang, sehingga dalam candi ini seluruhnya terdapat 6 ruangan. Dinding bagian dalam kamar polos tanpa hiasan. Pada dinding belakang masing-masing kamar terdapat semacam rak yang letaknya agak tinggi yang dahulu dipergunakan sebagai tempat upacara agama dan menempatkan arca. Di lantai bawah terdapat beberapa tatakan arca dan relung bekas tempat meletakkan arca. Tak satupun dari arca-arca tersebut yang masih tersisa saat ini. Pada dinding kamar utara dan kamar selatan terdapat relung untuk menempatkan penerangan
Lantai dan bagian bangunan yang terbuat dari kayu sekarang sudah tidak ada, tetapi pada dinding masih terlihat lubang-lubang bekas tempat menancapkan balok penyangga. Di dinding bilik yang paling selatan didapati batu-batu yang dipahat menyerong, yang berfungsi sebagai penyangga ujung tangga yang terbuat dari kayu
Atap candi berbentuk persegi datar dengan hiasan 3 buah relung di masing-masing sisi. Bingkai relung juga dihiasi dengan pahatan sulur-suluran dan di atas ambang relung juga dihiasi dengan Kalamakara. Puncak candi berupa deretan stupa, yang terdiri atas sebuah stupa di setiap sudut dan sebuah di pertengahan sisi atap.

Candi sari.... The beautiful one                                                              

1 komentar: