Selasa, 31 Mei 2011

Candi Prambanan

ekspedisi rorojongrang

Akhirnya sampai juga di Prambanan.... seumur-umur baru kali ini berkunjung ke candi ini, walau fisik sudah ngos2an, tapi karena melihat keindahan candi hindu yang cantik ini semangat berkobar lagi.Tidak sabar rasanya melihat kecantikan Rorojonggrang....
Candi Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur), berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman indah. Candi yang utama yaitu Candi Siwa(tengah), Candi Brahma (selatan), Candi Wisnu (utara). Didepannya terletak Candi Wahana (kendaraan) sebagai kendaraan Trimurti; Candi Angkasa adalah kendaraan Brahma (Dewa Penjaga), Candi Nandi (Kerbau) adalah kendaraan Siwa (Dewa Perusak) dan Candi Garuda adalah kendaraan Wisnu (Dewa Pencipta).
candi apit
Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.
Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi, anda akan menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan yang lain masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan di atas.
Pada dinding pagar langkan candi Siwa dan candi Brahma dipahatkan relief cerita Ramayana , sedangkan pada pagar langkah candi Wisnu dipahatkan relief Krisnayana. masuk candi Siwa dari arah timur belok ke kiri akan anda temukan relief cerita Ramayana tersebut searah jarum jam, relief cerita selanjutnya bersambung di candi Brahma.
Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya akan menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.
candi brahma
Candi pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti 'terbit' atau 'bersinar', biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para dewa).
Kemampuan menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah Krut atau Pha Krut.
candi siwa
Prambanan juga memiliki relief candi yang memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya.
Sama seperti sosok Garuda, Kalpataru kini juga digunakan untuk berbagai kepentingan. Di Indonesia, Kalpataru menjadi lambang Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). Bahkan, beberapa ilmuwan di Bali mengembangkan konsep Tri Hita Karana untuk pelestarian lingkungan dengan melihat relief Kalpataru di candi ini. Pohon kehidupan itu juga dapat ditemukan pada gunungan yang digunakan untuk membuka kesenian wayang. Sebuah bukti bahwa relief yang ada di Prambanan telah mendunia.
Kalau cermat, anda juga bisa melihat berbagai relief burung, kali ini burung yang nyata. Relief-relief burung di Candi Prambanan begitu natural sehingga para biolog bahkan dapat mengidentifikasinya sampai tingkat genus. Salah satunya relief Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea) yang mengundang pertanyaan. Sebabnya, burung itu sebenarnya hanya terdapat di Pulau Masakambing, sebuah pulau di tengah Laut Jawa. Lalu, apakah jenis itu dulu pernah banyak terdapat di Yogyakarta? Jawabannya silakan cari tahu sendiri. Sebab, hingga kini belum ada satu orang pun yang bisa memecahkan misteri itu.
Nah, masih banyak lagi yang bisa digali di Prambanan. Anda tak boleh jemu tentunya. Kalau pun akhirnya lelah, anda bisa beristirahat di taman sekitar candi. Tertarik? Datanglah segera. Sejak tanggal 18 September 2006, anda sudah bisa memasuki zona 1 Candi Prambanan meski belum bisa masuk ke dalam candi. Beberapa kerusakan akibat gempa 27 Mei 2006 lalu kini sedang diperbaiki.
Candi Rara Jonggrang atau Lara Jonggrang yang terletak di Prambanan adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Candi ini terletak di pulau Jawa, kurang lebih 20 km timur Yogyakarta, 40 km barat Surakarta dan 120 km selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengahdan Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Rara Jonggrang terletak di desa Prambanan yang wilayahnya dibagi antara kabupaten Sleman dan Klaten.
Candi ini dibangun pada sekitar tahun 850 Masehi oleh salah seorang dari kedua orang ini, yakni: Rakai Pikatan, raja kedua wangsa Mataram I atauBalitung Maha Sambu, semasa wangsa Sanjaya. Tidak lama setelah dibangun, candi ini ditinggalkan dan mulai rusak.

Legenda ROROJONGGRANG
arca roro jongrang
Pada jaman dahulu kala di Pulau Jawa terutama di daerah Prambanan berdiri 2 buah kerajaan Hindu yaitu Kerajaan Pengging dan Kraton Boko. Kerajaan Pengging adalah kerjaan yang subur dan makmur yang dipimpin oleh seorang raja yang arif danbijaksana bernama Prabu Damar Moyo dan mempunyai seorang putra laki-laki yang bernama Raden Bandung Bondowoso.
Kraton Boko berada pada wilayah kekuasaan kerajaan Pengging yang diperintah oleh seorang raja yang kejam dan angkara murka yang tidak berwujud manusia biasa tetapi berwujud raksasa besar yang suka makan daging manusia, yang bernama Prabu Boko. Akan tetapi Prabu Boko memiliki seorang putri yang cantik dan jelita bak bidadari dari khayangan yang bernama Putri Loro Jonggrang.
Prabu Boko juga memiliki patih yang berwujud raksasa bernama Patih Gupolo. Prabu Boko ingin memberontak dan ingin menguasai kerajaan Pengging, maka ia dan Patih Gupolo mengumpulkan kekuatan dan mengumpulkan bekal dengan cara melatih para pemuda menjadi prajurit dan meminta harta benda rakyat untuk bekal.
Setelah persiapan dirasa cukup, maka berangkatlah Prabu Boko dan prajurit menuju kerajaan Pengging untuk memberontak. Maka terjadilah perang di Kerajaan Pengging antara para prajurit peng Pengging dan para prajurit Kraton Boko.
Banyak korban berjatuhan di kedua belah pihak dan rakyat Pengging menjadi menderita karena perang, banyak rakyat kelaparan dan kemiskinan.
Mengetahui rakyatnya menderita dan sudah banyak korban prajurit yang meninggal, maka Prabu Damar Moyo mengutus anaknya Raden Bandung Bondowoso maju perang melawan Prabu Boko dan terjadilan perang yang sangat sengit antara Raden Bandung Bondowoso melawan Prabu Boko. Karena kesaktian Raden Bandung Bondowoso maka Prabu Boko dapat dibinasakan. Melihat rajanya tewas, maka Patih Gupolo melarikan diri. Raden Bandung Bondowoso mengejar Patih Gupolo ke Kraton Boko.
Setelah sampai di Kraton Boko, Patih Gupolo melaporkan pada Puteri Loro Jonggrang bahwa ayahandanya telah tewas di medan perang, dibunuh oleh kesatria Pengging yang bernama Raden Bandung Bondowoso. Maka menangislah Puteri Loro Jonggrang, sedih hatinya karena ayahnya telah tewas di medan perang.
Patung Loro Jonggrang
Maka sampailah Raden Bandung Bondowoso di Kraton Boko dan terkejutlah Raden Bandung Bondowoso melihat Puteri Loro Jonggrang yang cantik jelita, maka ia ingin mempersunting Puteri Loro Jonggrang sebagai istrinya.
Akan tetapi Puteri Loro Jonggrang tidak mau dipersunting Raden Bandung Bondowoso karena ia telah membunuh ayahnya. Untuk menolak pinangan Raden Bandung Bondowoso, maka Puteri Loro Jonggrang mempunyai siasat. Puteri Loro Jonggrang manu dipersunting Raden Bandung Bondowoso asalkan ia sanggup mengabulkan dua permintaan Puteri Loro Jonggrang. Permintaan yang pertama, Puteri Loro Jonggrang minta dibuatkan sumur Jalatunda sedangkan permintaan kedua, Puteri Loro Jonggrang minta dibuatkan 1000 candi dalam waktu satu malam.
Raden Bandung Bondowoso menyanggupi kedua permintaan puteri tersebut. Segeralah Raden Bandung Bondowoso membuat sumur Jalatunda dan setelah jadi ia memanggil Puteri Loro Jonggrang untuk melihat sumur itu.
Kemudian Puteri Loro Jonggrang menyuruh Raden Bandung Bondowoso masuk ke dalam sumur. Setelah Raden Bandung Bondowoso masuk ke dalam sumur, Puteri Loro Jonggrang memerintah Patih Gupolo menimbun sumur dan Raden Bandung Bondowoso pun tertimbun batu di dalam sumur. Puteri Loro Jonggrang dan Patih Gupolo menganggap bahwa Raden Bandung Bondowoso telah mati di sumur akan tetapi di dalam sumur ternyata Raden Bandung Bondowoso belum mati maka ia bersemedi untuk keluar dari sumur dan Raden Bandung Bondowoso keluar dari sumur dengan selamat.
Raden Bandung Bondowoso menemui Puteri Loro Jonggrang dengan marah sekali karena telah menimbun dirinya dalam sumur. Namun karena kecantikanPuteri Loro Jonggrang kemarahan Raden Bandung Bondowoso pun mereda.
Kemudian Puteri Loro Jonggrang menagih janji permintaan yang kedua kepada Raden Bandung Bondowoso untuk membuatkan 1000 candi dalam waktu 1 malam. Maka segeralah Raden Bandung Bondowoso memerintahkan para jin untuk membuat candi akan tetapi pihak Puteri Loro Jonggrang ingin menggagalkan usaha Raden Bandung Bondowoso membuat candi. Ia memerintahkan para gadis menumbuk dan membakar jerami supaya kelihatan terang untuk pertanda pagi sudah tiba dan ayam pun berkokok bergantian.
Mendengar ayam berkokok dan orang menumbuk padi serta di timur kelihatan terang maka para jin berhenti membuat candi. Jin melaporkan pada Raden Bandung Bondowoso bahwa jin tidak dapat meneruskan membuat candi yang kurang satu karena pagi sudah tiba. Akan tetapi firasat Raden Bandung Bondowoso pagi belum tiba. Maka dipanggillah Puteri Loro Jonggrang disuruh menghitung candi dan ternyata jumlahya 999 candi, tinggal 1 candi yang belum jadi.
Maka Puteri Loro Jonggrang tidak mau dipersunting Raden Bandung Bondowoso. Karena ditipu dan dipermainkan maka Raden Bandung Bondowoso murka sekali dan mengutuk Puteri Loro Jonggrang “Hai Loro Jonggrang candi kurang satu dan genapnya seribu engkaulah orangnya”. Maka aneh bin ajaib Puteri Loro Jonggrang berubah ujud menjadi arca patung batu.
Dan sampai sekarang arca patung Loro Jonggrang masih ada di Candi Prambanan dan Raden Bandung Bondowoso mengutuk para gadis di sekitar Prambanan menjadi perawan kasep (perawan tua) karena telah membantu Puteri Loro Jonggrang.

Dan menurut kepercayaan orang dahulu bahwa pacaran di candi Prambanan akan putus cintanya. buktikan saja sendiri....

Candi Prambanan dikenal kembali saat seorang Belanda bernama C.A.Lons mengunjungi Jawa pada tahun 1733 dan melaporkan tentang adanya reruntuhan candi yang ditumbuhi semak belukar. Usaha pertama kali untuk menyelamatkan Candi Prambanan dilakukan oleh Ijzerman pada tahun 1885 dengan membersihkan bilik-bilik candi dari reruntuhan batu. Pada tahun 1902 baru dimulai pekerjaan pembinaan yang dipimpin oleh Van Erp untuk candi Siwa, candi Wisnu dan candi Brahma. Perhatian terhadap candi Prambanan terus berkembang. Pada tahun 1933 berhasil disusun percobaan Candi Brahma dan Wisnu. Setelah mengalami berbagai hambatan, pada tanggal 23 Desember 1953 candi Siwa selesai dipugar. Candi Brahma mulai dipugar tahun 1978 dan diresmikan 1987. Candi Wisnu mulai dipugar tahun 1982 dan selesai tahun 1991. Kegiatan pemugaran berikutnya dilakukan terhadap 3 buah candi perwara yang berada di depan candi Siwa, Wisnu dan Brahma besarta 4 candi kelir dan 4 candi disudut / patok.
Bagian tepi candi dibatasi dengan pagar langkan, yang dihiasi dengan relief Ramayana yang dapat dinikmati bilamana kita berperadaksina (berjalan mengelilingi candi dengan pusat candi selalu di sebelah kanan kita) melalui lorong itu. Cerita itu berlanjut pada pagar langkan candi Brahma yang terletak di sebelah kiri (sebelah selatan) candi induk. Sedang pada pagar langkan candi Wishnu yang terletak di sebelah kanan (sebelah utara) candi induk, terpahat relief cerita Kresnadipayana yang menggambarkan kisah masa kecil Prabu Kresna sebagai penjelmaan Dewa Wishnu dalam membasmi keangkaramurkaan yang hendak melanda dunia.
Bilik candi induk yang menghadap ke arah utara berisi parung Durga, permaisuri Dewa Shiwa, tetapi umumnya masyarakat menyebutnya sebagai patung Roro Jonggrang, yang menurut legenda, patung batu itu sebelumnya adalah tubuh hidup dari putri cantik itu, yang dikutuk oleh ksatria Bandung Bondowoso, untuk melengkapi kesanggupannya menciptakan seribu buah patung dalam waktu satu malam.
Candi Brahma dan candi Wishnu masing-masing memiliki satu buah bilik yang ditempati oleh patung dewa-dewa yang bersangkutan.
Dihadapan ketiga candi dari Dewa Trimurti itu terdapat tiga buah candi yang berisi wahana (kendaraan) ketiga dewa tersebut. Ketiga candi itu kini sudah dipugar dan hanya candi yang ditengah ( di depan candi Shiwa) yang masih berisi patung seekor lembu yang bernama Nandi, kendaraan Dewa Shiwa.
Patung angsa sebagai kendaraan Brahma dan patung garuda sebagai kendaraan Wishnu yang diperkirakan dahulu mengisi bilik-bilik candi yang terletak di hadapan candi kedua dewa itu kini telah dipugar.
Keenam candi itu merupakan 2 kelompok yang saling berhadapan, terletak pada sebuah halaman berbentuk bujur sangkar, dengan sisi sepanjang 110 meter.
Didalam halaman masih berdiri candi-candi lain, yaitu 2 buah candi pengapit dengan ketinggian 16 meter yang saling berhadapan, yang sebuah berdiri di sebelah utara dan yang lain berdiri di sebelah selatan, 4 buah candi kelir dan 4 buah candi sedut.
Halaman dalam yang dianggap masyarakat Hindu sebagai halaman paling sacral ini, terletak di tengah halaman tengah yang mempunyai sisi 222 meter, dan pada mulanya berisi candi-candi perwara sebanyak 224 buah berderet-deret mengelilingi halaman dalam 3 baris.
Candi ini Benar benar mempesona seperti kecantikan Rorojongrang dalam imajinasi saya

Senin, 30 Mei 2011

CANDI KALASAN

ekspedisi rorojongrang
Candi Kalasan
Candi KALASAN
Hari kedua, pagi jam 07.00 berangkat dari rumah seorang kawan :  http://www.facebook.com/profile.php?id=100001891770582, langsung menuju candi kalasan yang terletak di Jalan Solo –Yogyakarta Km.14, letak candi sangat dekat dengan jalan raya hanya 50m saja. Kalau anda dari solo maka candi ada disebelah kiri anda. Persis didepan RS. Bhayangkara. Dibandingkan di Candi Sambisari, penjaga disini lebih ramah. Setelah Membayar Rp. 2000,- untuk tanda masuk mulailah eksplor candi Kalasan ini.
Keberadaan Candi kalasan dapat dikaitkan dengan sebuah prasasti batu yang berbahasa sansekerta berhuruf Prenagari, berangka tahun 700 saka atau tahun 778 Masehi. Didalam Prasasi (disebut) Kalasan itu disebutkan tentang diperingatinya jasa Raja Panangkaran yang telah membangun sebuah kuil bagi Dewi Tara dan memuat arca dewi yang ditahtakan di kuil tersebut. Yang kemudian dinamakan Tarabhawana (nama asli Candi Kalasan). Selain itu didalam prasasti Kalasan juga disebutkan tentang pendirian tempat tinggal (asrama) bagi para pendeta dengan menghibahkan desa Kalasa kepada para sanggha. (Prasasti Kalasan kini disimpan di Museum Nasional Jakarta dengan nomor D-147)
Didalam Prasasti tersebut, baik kuil dewi Tara maupun asrama disebut sebagai wihara. Asrama yang disebutan dalam prasasti, sering dikaitkan dengan keberadaa Candi Sari yang berada disisi timur laut Candi Kalasan.
Candi Kalasan ini adalah Candi Budha, memiliki keunikan tersendiri dibandingkan candi-candi lain disekitar prambanan. Berdasarkan penelitian terhadap struktur bangunan candi, diketahui bahwa bangunan yang kita saksikan ini adalah bangunan ketiga, diperkirakan penyebutan angka 700 saka dalam prasasti, tentu bukan bangunan yang saat ini terliht, melainkan bangunan yang baru.
Seni hias pada Candi Kalasan juga mempunyai corak khas yakni berupa pola hias sulur gelung yang ditempatkan secara vertikal sehingga bisa member kesan tinggi pada bangunan. Sisa bangunan yang tertinggal, saat ini 24m. Bangunan tubuh candi berdiri pada batur setinggi 1m dengan kaki candi setinggi 3m. tubuh 13m dan atap 7m.
Untuk tubuh candi berdenah bujursangkar berukuran 16,5 x 16,5m. Disetiap sisi bangunan terdapat pintu dengan tangga, pintu utama ada disisi sebelah timur yang menuju bilik utama candi. Dahuli didalam bilik utama candi ini terdapat sebuah arca yang cukup besar, hal ini diketahui karena masih ada dudukan arca yang sangat besar.
Relief pada tubuh bangunan candi dipahat secara halus yang kemudian dilapisi dengan lapisan Brajalepa, yakni semacam semen pelapis sisi luar bangunan. Lapisan Brajalepa ini terlihat hingga 3 lapis yang saling bertumpuk. Berdasarkan analisis laboratorium lapisan Brajalepa terdiri dari pasir kwarsa 30%, Kalsit 40%, kalkopirit 25% serta lempung 5%.
Atap Candi Kalasan (dulu terpasang genta)
Keunikan lain dari candi kalasan ini adalah dijumpainya batu monolit di tangga pintu masuk di sisi sebelah timur. Batu ini sering disebut sebagai moonstone. Candi kalasan merupakan komplek bangunan yang terdiri dari bangunan induk yang dikelilingi oleh stupa sebanyak 52buah yang mengelilingi candi.
Dibagian atap, dulunya juga dipasang genta, yang kini disimpan di Museum Sana Budaya, genta ini terbuat dari perunggu, yang sekarang tersimpan di Museum Sana Budaya.

Minggu, 29 Mei 2011

CANDI KEDULAN

ekspedisi rorojongrang


Tidak banyak referensi langsung yang bisa saya dapat, karena di candi ini saya mengalami kejadian yang membuat hati saya agak kecewa (baca:dongkol). Selain tidak ada petunjuk sama sekali/ papan arah yang menuju candi, saya hanya mengandalkan informasi bertanya pada orang didaerah itu yang kebetulan saya temui, dan celakanya banyak yang tidak tahu menahu keberadaan candi ini.
 Berbekal sebuah peta buta yang bener - bener buta karena hanya mencantumkan sebuah jalan masuk disekitar km.14 berdekatan dengan Candi Kalasan. Cukup lama saya mencari keberadaan candi ini, mutar2 sambil berharap ada petunjuk/ maupun tulisan dipinggir jalan, hamper 30 menit saya mencari dan nyaris putus asa, ada juga yang mengetahui keberadaan candi ini. Sebenarnya candi Kedulan ini hanya 2 km. dari jalan raya. Hanya memang tidak ada petunjuk sama sekali. Selain memang harus masuk lagi di tengah persawahan penduduk sekitar 100m. sehinga cukup kesulitan bagi orang pertamakali menuju candi Kedulan ini.
Dan puncak kekesalan saya, sama sekali saya tidak boleh memotret/ lihat candi ini oleh petugas keamanan yang ada saat itu, Hari Rabu tanggal 19 Meil 2011, pukul 8-9 pagi. Ceritanya, ketika saya sampai, langsung minta ijin untuk berkunjung ke Candi Kedulan, yang saya dapat diluar dugaan. Dengan muka menunjukkan tidak ramah sekali (seperti tampang saya kolektor illegal saja!) Tidak boleh, harus ada izin dari kantor untuk pemotretan disini!!, (lha kok pake bentak sic, (dalam batin saya…) “Pak saya hanya seorang yang mencintai candi, saya tidak punya pamrih apapun berkunjung kesini, tujuan saya hanya pingin leihat dan menikmati keagungan karya nenak moyang, tidak neko-neko, hanya itu pak, kamera yang saya bawa ini juga untuk mengambil gambar sekedar kenang-kenangan bagi saya untuk bukti saya sudah sampai Candi Kedulan”
“Maaf mas, tidak boleh, kalau mau minta surat izin ke kantor dulu itu peraturannya! Petugas keamanan Candi Kedulan sambil petantang-petenteng. Saya masih mencoba member pengertian “Kalo hanya untuk keperluan pribadi tetap ga boleh? Atau saya tunjukkaan koleksi foto2 saya di beberapa candi lain pak?” masih saya mencoba melulukan hati arogan pak penjaga itu. Hasilnya = nihil.
Ya sudahlah, daripada tidak ada hasil gambar sama sekali saya ambil gambar dari luar, tidak apa-apalah, itu cukup mengobati kekecewaan saya.. semoga kejadian ini tidak menimpa pecinta candi lain yang berkunjung ke Candi Kedulan. Semoga!
Menurut sumber informasi yang saya kumpulkan, candi ini memang baru diketemukan tahun 1993.
Keadaan hasil temuan candi yang berikutnya dikenal dengan candi Kedulan ini masih berupa reruntuhan. Penggalian candi, untuk menyusun kembali sampai saat ini katanya masih terkendala berbagai hambatn, salah satunya keadaan tanah disekitar reruntuhan candi yang merupakan persawahan, sehingga saat digali, banyak mengeluarkan air dang membentuk sebuah kolam.
Candi Kedulan adalah sebuah candi bercorak Hindu yang terdapat di Dusun Kedulan, kurang lebih 3 kilometer dari Candi Kalasan. Candi ini ditemukan secara tak sengaja oleh para penambang pasir pada 24 November 1993. Kesenangan yang berbeda akan didapatkan bila mengunjungi candi ini, sebab anda bisa menikmati proses rekonstruksi candi yang sangatlah rumit (seharusnya....menjadi wisata rekontruksi yang menarik jika penjaganya tidak searogan yang saya alami)
Mengelilingi daerah sekitar lokasi penggalian, akan dijumpai batu-batu candi yang tengah direkonstruksi dengan cara mencocokkan batu satu dengan batu lainnya. Batu yang telah berhasil dicocokkan diberi simbol-simbol tertentu yang ditulis menggunakan kapur. Tampak konstruksi sementara bangunan pagar pembatas selasar candi, atap, bilik candi dan beberapa bagian tubuh candi lainnya. Terlihat pula lingga dan yoni yang diduga merupakan komponen yang mengisi bilik candi.

Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-8 dan ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno. Seperti halnya dengan Candi Sambisari, candi ini ditemukan terletak tiga sampai tujuh meter di bawah permukaan tanah, kemungkinan besar karena tertimbun lahar dari gunung Merapi yang diduga kuat meletus secara besar-besaran pada awal abad ke-11 (kira-kira tahun 1006). Karena jenis tanah yang berada di sekitar candi terdiri dari 13 lapisan yang berbeda, maka kemungkinan besar bahwa candi ini tertimbun lahar dalam beberapa kali letusan (13 kali).
Jenis arsitektur dari candi ini terlihat mirip seperti gaya Candi Sambisari dan Candi Ijo. Candi yang mempunyai hiasan berupa relief mulut kala (raksasa) dengan taring bawah ini pertama kali ditemukan di tengah sawah pada tahun 1993 oleh para pencari pasir yang mengeduk pasir untuk bahan bangunan. Pada tahun 2003 di lokasi penggalian tersebut ditemukan dua buah prasasti yang ditulis dalam aksara Pallawa dan bahasa Sansekerta mengenai pembebasan pajak tanah di Desa Pananggaran dan Parhyangan untuk pembuatan bendungan dan irigasi serta pendirian bangunan suci bernama Tiwaharyyan di zaman Kerajaan Mataram Kuno.
Beberapa arkeolog menduga bahwa prasasti tersebut berkaitan dengan pendirian Candi Kedulan. Bangunan suci Tiwaharyyan diduga merupakan Candi Kedulan itu sendiri. Desa Pananggaran yang diceritakan pada prasasti diduga berada di wilayah sekitar candi, begitu pula bendungan yang dimaksud. Namun sampai kini belum ditemukan jejak bendungan kuno yang dimaksud. Mungkin bendungan itu dibangun di Sungai Opak yang berjarak ±4 km dari lokasi candi, atau mungkin juga di sungai yang kini sudah tidak ada lagi karena tertutup lahar letusan Gunung Merapi seribu tahun silam.
Banyaknya teka-teki yang menunggu untuk dipecahkan beserta pesona komponen candi menjadikan berwisata ke Candi Kedulan menarik untuk dilakukan. Kondisi candi yang masih dalam tahap rekonstruksi justru menambah kesenangan ketika mengunjunginya.


Papan Nama Candi kedulan....Saya tulisi sendiri...

Candi Sambisari


Ekspedisi Roro Jongrang….

CANDI SAMBISARI

candi Sambisari
Tanpa diduga samasekali, bagai Durian Runtuh .. Ekspedisi kali ini dipenuhi unsur kebetulan, aku ditugasi Kantorku untuk ikut Rakor Jaringan Perpustakaan SeJawatengah di Solo. Padahal beberapa jam sebelumnya, saat pelatihan computer di Setda, aku sempat browsing2 peta,penginapan, dan foto2 candi Prambanan dan sekitarnya, Gayung bersambut… ketika balik kantor langsung disodori surat tugas… alhasil : Persiapan seaadanya karena tugas mendadak. Mencoba menghubungi rekan yang berdomisili di sekitar prambanan.
Rakor selesai sekitar jam 12.30, saat itu ku langsung berpikir untuk langsung meluncur ke candi, setelah menawari beberapa teman untuk ikut, tidakada yang mau, eh ada seorang senior alias seorang sahabat dari Komunitas 75 komunitas75@groups.facebook.com  (anggota terdiri dari staf di perpustakaan Kab/kota) yang pingin pulang ke jogja karena ada keperluan yang mendesak ya naluri ‘baik hati” ku timbul (ga setiap kali ada lho).. karna di jogja kan juga banyak candi yang bersebaran selain di Prambanan yang menjadi tujuan awalku. Karena sikon tidak memungkinkan, setelah menimbang rasa barang sejenak, ku memutuskan untuk tetapa berekspedisi saja ke candi Roro Jonggrang. Apalagi barusan di hub oleh teman yang tinggal di klaten ‘welcome’ ku repoti barang semalam untuk tidur. terimakasih tak terhingga untuk nurdin.  http://www.facebook.com/profile.php?id=100001891770582, yang menyediakan bed super empuk ... (ndablek.com). hehehehe maturnuwun sob.
Perjalanan setelah Rakor selesai, ku kogja dulu, perjalanan inilah yang membuat perasaanku tidak tenang, saat sesampainya di kota Klaten, salah satu ruas jalan ada yang baru diperbaiki (aspas dikelupas)... Ban luar Motor vixionku terluka parah (baca: cowel), sedangkan ban dalam bocor.
Dan aku ga sadar sampai perjalanan balik lagi ke Candi Sambisari setelah dari jogja. bersyukur sekaligus kawatir alias ketar-ketir.
 CANDI SAMBISARI
Candi Sambisari terletak di Jalan Solo-Yogyakarta km.10, tepatnya di desa Sambisari Kelurahan Purwomartani, lebih kurang 4 km dari Candi Prambanan ke arah Yogyakarta. Candi Sambisari berada di areal persawahan yang subur di Daerah Istimewa Yogayakarta. Untuk mencapai lokasi candi, ada papan petujuk yang berdekatan dengan trafick light di Jl. Solo Jogja Km. 10. Dari tepi Raya, perjalanan kurang lebih 2,5km.


Setelah parkir di lahan parkir (di halaman rumah warga yang berada disamping kawasan candi), sudah menunggu petugas keamanan yang langsung bertanya, “Apa keperluannya?” aneh ya pertanyaannya, tapi setelah kujawab “melihat keindahan candi pak”, ku jadi ngerti, bawa kamera Canon EOSD1000 membuat bapak keamanan jadi curiga, “Kalau mengambil gambar untuk keperluan terterntu harus ijin dulu!”,  ku membatin “kok ketus buanget sic!”, ya sambil tersenyum kecut ku jawab, “pak saya bawa kamera ini bukan ada maksud apa-apa, tapi karna saya memang suka candi, saya ambil gambar untuk koleksi pribadi, bukan untuk publikasi atau sejenisnya pak… atau saya lihatkan foto-foto saya di candi-candi yang lain biar bapak percaya?” dengan tidak mau kalah ketus nya ku jawab…karena jengkel juga, padahal banyak pengunjung lain yang foto-foto pake Hp,Kamera pocket kok aman-aman aja. Lha aku kok disangka punya niat lain….Singkat kata, setelah bayar biaya masuk Rp. 2000,- mulailah meng “eksplor” Candi SAMBISARI.
yoni di dalam candi utama
Candi Sambisari diketemukan sekitar tahun 1966 takkala seorang petani dengan tidak sengaja telah membenturkan cangkulnya pada puncak candi yang terbenam di tanah peladangannya. tetapi dia sempat keheranan saat cangkulnya menyentuh benda keras berupa batu-batu berukir yang diduga merupakan bagian dari reruntuhan sebuah candi. Nama petani itu adalah Karyoinangun yang pertama kali menemukan kembali sebuah kompleks candi yang kemudian diberi nama candi Sambisari sesuai nama daerah ditemukannya candi tersebut. Menindaklanjuti penemuan tersebut oleh pihak Balai Arkeologi Yogyakarta dilakukan penelitian dan penggalian. Dari hasil penggalian tersebut pada Juli 1966 diperoleh kepastian bahwa daerah tersebut terdapat sebuah situs candi dan dinyatakan sebagai daerah suaka budaya. Setelah itu dimulailah proses penyusunan kembali reruntuhan kompleks candi yang runtuh karena goncangan dan terpendam dari material letusan gunung Merapi ini diperkirakan dari penelitian geologis terhadap material batuan dan tanah yang menimbun komplek candi. Tahun 1987 pemugaran dan melakukan rekontruksi ulang terhadap kompleks candi dapat diselesaikan dengan posisi candi pada kedalaman 6,5 meter dari permukaan tanah sekitar atau sering juga candi Sambisari disebut sebagai candi bawah tanah. Tetapi sebagian ahli arkeologi memperkirakan dulunya situs candi ada di atas permukaan tanah, seperti halnya candi-candi yang lainnya.
Berdasarkan penelitian geologis terhadap batuan candi dan tanah yang telah menimbunnya selama ini, candi setinggi 6 m ini telah terbenam oleh material Gunung Merapi dalam letusan yang hebat pada tahun 1006. Candi Sambisari merupakan candi Hindu dari abad ke-10 yang diperkirakan dibangun oleh seorang Raja dari dinasti Sanjaya, dengan patung Shiwa sebagai mahaguru menepati bilik utamanya.
Kompleks candi Sambisari berlokasi berdekatan dengan bangunan candi yang lain misal Prambanan, Kalasan, Sari. Lokasi candi Sambisari berjarak sekitar 4 km dari kompleks candi Prambanan kearah barat atau sekitar 14 km dari pusat kota Yogyakarta ke arah timur. Candi Sambisari merupakan candi Hindu beraliran Siwa dari abad ke-X, dibangun oleh dinasti Syailendra ini berada di wilayah kabupaten Sleman propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat penggalian kompleks candi Sambisari ditemukan pula benda bersejarah lainnya, misalnya perhiasan, tembikar, prasasti lempengan emas. Dari penemuan tersebut didapat perkiraan bahwa candi Sambisari dibangun tahun 812-838 M saat pemerintahan Raja Rakai Garung dari Kerajaan Mataram Hindu (Mataram Kuno). Kondisi kompleks candi Sambisari sangat terawat dan bersih dan banyak wisatawan lokal, domestik maupun mancanegara banyak berdatangan mengunjunginya dan menjadi satu paket kunjungan wisata budaya dengan kompleks candi lain di sekitarnya khususnya candi Prambanan yang sudah lebih terkenal.
Kompleks candi Sambisari saat ini tampak dengan empat buah bangunan candi dengan dibatasi oleh tembok mengelilinginya dengan total luas 50 x 48m pada posisi di sekeliling tanah yang telah diadakan penggalian. Pada bangunan candi utama yang terbesar memiliki ketinggian 7,5 meter dan berbentuk bujur sangkar yang berukuran 15,65 x 13,65m pada bagian bawah candinya, sedang badan candi berukuran 5 x5m. Diperkirakan kompleks candi tidak hanya seluas itu tetapi bisa lebih luas jika diadakan penggalian lebih lanjut tetapi dikwatirkan tidak dapat menyalurkan air untuk dibuang karena posisinya lebih rendah daripada sungai yang ada di sebelah baratnya. Pintu masuk ke dalam kompleks candi Sambisari pada keempat sisi bujur sangkar dengan menuruni tangga.
Candi Sambisari berada di bawah permukaan tanah sedalam 6,5 meter. Padahal kenyataannya tinggi candi hanya 7,5 meter. Karenanya, jika dilihat dari samping, candi ini seakan muncul dari bawah tanah. Bagian bawah candi berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 13,65 m x 13,65 m. Sedangkan badan candi berukuran 5 m x 5 m. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke IX - X M. Karena letusan Gunung Merapi di tahun 1006, daerah di sekitar ini tertutup oleh bahan-bahan yang berasal dari gunung berapi. Sehingga apa yang terlhat sekarang candi ini berada lebih rendah dari permukaan tanah.
Pintu masuk candi menghadap ke arah barat. Tangga untuk masuk dilengkapi dengan sayap. Di ujung sayap tangga terdapat relief Makara yang disangga oleh dua belah tangan makhluk kate. Keunikan yang lain, candi ini tidak memiliki pilar penyangga. Sehingga bagian dasarnya sekaligus berfungsi sebagai pilar penyangga candi. Di bagian ini terdapat selasar yang mengelilingi badan candi, dan memiliki 12 anak tangga
Ketika hari mulai gelap,saya akhiri ekspedisi hari pertama ini, untuk dilanjutkan esok hari. Sebelum beranjak, ku sempatkan bercakap-cakap dengan penjaga parkir tentang kawasan ini, katanya Candi ini ramai saat liburan, banyak juga wisatawan mancanegara yang mampir kesini.

Candi Sambisari











.




Senin, 23 Mei 2011

Korelasi Human Development Index dengan Minat Baca

Bambang Murdianto, SS.
Staf Pengembangan Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang 
         
            Bangsa Indonesia ternyata (masih) peringkat bawah Human Developmant Index 2007. Data terakhir Indonesia berada di urutan ke 107 dari 177 negara. Di Kawasan Asia Tenggara masih lebih baik dari negara Timor Leste (150), kemudian sedikit lebih baik dari Myanmar (132), Kamboja (131), Laos (130).  Tetapi Indonesia berada di bawah Vietnam (105), Filipina (90), Thailand (78), Malaysia (63), Brunai Darrusalam (30) dan jauh di bawah peringkat negara kecil Singapura (25).
Sementara sebagai perbandingan kemerdekaan negara – negara di Asia tenggara, karena umumnya kemerdekaan berarti dimulai adanya pembangunan suatu bangsa yang disertai terbentuknya sistem yang ada di dalam suatu negara itu,  diantaranya peningkatan perekonomian, kesehatan dan pendidikan. Indonesia pada tahun 1945, sementara Timor Leste baru merdeka tahun 1999. Seperti tabel berikut :
Tabel .1


Negara

Tahun merdeka

Penjajah

Indonesia
Timor Leste
Myanmar
Kamboja
Laos
Vietnam
Filipina
Thailand
Malaysia
Brunai Darussalam
Singapura


1945
2002
1948
1953
1949
1954
1946
-----
1957
1984
1965

Belanda, Inggris, Jepang
Portugis
Inggris
Perancis
Perancis
Perancis, Amerika
Amerika
Tidak pernah dijajah
Inggris
Inggris
Inggris
SUMBER: Buku Pintar Senior :

            Dari tabel.1 diatas, Indonesia merupakan negara di Asia tenggara yang paling awal kemerdekaanya dibandingkan dengan negara lain. Kecuali dengan Thailand yang tidak pernah dijajah. Dengan melihat tabel diatas seharusnya Indonesia sekarang sudah menjadi negara berperingkat HDI lebih baik dari Singapura. Akan tetapi yang terjadi sekarang Indonesia jauh tertinggal dengan negara negara lain. Indonesia yang dijajah 356 tahun oleh Belanda secara tidak langsung memang mempengaruhi pemikiran dan budaya masyarakat Indonesia. Penjajah Belanda, membuat rakyat Indonesia jauh dari pendidikan dengan tujuan agar tidak ada orang Indonesia yang berpikiran maju. Hal itu masih berpengaruh sampai sekarang dalam budaya masyarakat sehari – hari.
Masyarakat lebih banyak menyukai budaya instan daripada membaca buku. Televisi lebih sering dihidupkan dan ditonton daripada membuka kemudian membaca buku. Untuk membaca buku masyarakat belum menjadikan sebagai suatu kebutuhan. Bahkan dari data th. 2002 mengenai jumlah jam menonton TV pada anak di Indonesia adalah sekitar 30-35 jam/minggu atau 1560-1820 jam/ tahun. Angka ini jauh lebih besar dibanding jam belajar di sekolah dasar yang tidak sampai 1000 jam/tahun. ( Pengaruh nonton TV pada anak-anak, www.turnofftv.org//, diolah dari Yayasan Kita dan Buah Hati; dan Kidi .)
Masalah utama yang bangsa Indonesia hadapi sekarang ini bermula pada : Menurunnya kualitas SDM yang dipengaruhi oleh kualitas pendidikan. Pendidikan pada akhirnya berhubungan dengan kemiskinan, kesehatan, masalah masalah yang lain. Pendidikan menjadi faktor penentu bagi kualitas sumber daya manusia, semakin berkualitas manusia tersebut akan semakin meningkat kualitas hidupnya. Memperbaiki kualitas suatu bangsa, tidak bisa secara instan, membutuhkan proses yang cukup lama. Hal itu hal tersebut ditempuh dengan melalui perbaikan proses pendidikan. Proses pendidikan yang dimaksud adalah perbaikan budaya masyarakat menjadi masyarakat yang gemar membaca.
Dengan di tetapkan Undang – Undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007, perkembangan perpustakaan tampaknya semakin menggairahkan, dengan begitu ada harapan meningkatnya minat baca masyarakat. Dan salah satu penentu keberhasilan pendidikan suatu bangsa adalah minat baca masyarakat. Perpustakaan sebagai salah satu faktor utama dalam usaha untuk meningkatkan minat baca, seperti yang tertuang dalam Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat 6, bahwa perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial ekonomi. Negara Jepang mewajibkan masyarakatnya untuk membacakan bagi anaknya dalam sehari minimal 20 menit ( dongeng sebelum tidur ), begitu juga negara Amerika Serikat juga membuat aturan bagi warganya dengan mewajibkan membaca buku sekurang – kurangnya 15 menit membaca buku.
Dengan aturan semacam itu masyarakat yang pada awalnya dipaksa pada akhirnya akan terbiasa dan menjadi budaya. Terbukti dengan paksaan membaca tersebut kedua Negara tersebut menjadi Negara yang berkuasa dalam segala bidang termasuk  perekonomian. Sampai saat ini apabila kita bandingkan masyarakat kita dengan masyarakat di kedua Negara diatas salah satunya dapat diambil contoh, masyarakat Indonesia kalau naik angkutan umum lebih suka melamun, berbeda dengan masyarakat di Jepang atau Amerika Serikat. 
Dengan minat baca yang tinggi seseorang akan mampu berpikir lebih kritis, mampu memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari – harinya. Ketika seseorang membaca buku tentang teknik komputer : pencegahan dan pembasmi virus, apa yang didapat melalui buku yang dibaca tersebut dapat dipraktekkan langsung, kemudian pada saatnya nanti akan berguna saat seseorang tersebut memasuki dunia kerja, begitu juga ketika membaca buku beternak sapi, membudidayakan ikan hias, atau bahkan buku – buku fiksi yang hanya bersifat hiburan.
Sifat buku yang mampu memberikan inspirasi dan meningkatkan imajinasi seseorang akan mampu menjadikan seseorang tersebut mempunyai bekal untuk menghadapi dunia kerja. Minimal setelah membaca buku seseorang akan bertambah pengetahuan, skill, pemikiran, pandangan mengenai suatu masalah dan lain sebagainya.
Pernah dimuat di Majalah Buletin Pustaka
Judul diatas “ Korelasi Human Development Index dengan Minat Baca “,