Jaya Kusuma
(09)
Pesuruh Jaya
Kusuma datang kepada Miruda, Jaya Kusuma meminta supaya Miruda datang ke
rumahnya. Miruda memenuhi permintaan itu.
Di kediaman
Jaya Kusuma para wanita sibuk membuat kue dan makanan untuk perjalanan ke Bali,
sedangkan pria membersihkan senapan dan senjata.
Lama Jaya
Kusuma membiarkan Miruda. Ia marah kepadanya. Istrinya Miruda, Bintaro. Disuruh
duduk. Jaya Kusuma tidak menegur Miruda. Sureng-rana menyuruh Miruda duduk.
Miruda menangis didepan Jaya kusuma dan bertanya apa kesalahanya, maka Jaya
Kusuma marah kepadanya. Jaka Kusuma menjawab mengelak. Katanya ia harus ke Bali
dan mengajari Miruda bagaimana harusnya tingkah laku seorang yang mengabdikan
diri kepada raja. Terutama orang tidak boleh melanggar aturan mengenai taman
kepuntren. Miruda menundukkan kepala.
Jaya Kusuma
bertanya dari mana Miruda memperoleh pakaian indah yang dipakainya ketika
menghadap raja. Miruda menjawab, “aku memenangkan waktu berjudi”. Karena
dijawabnya itu. Jaya Kusuma bertambah marah. Dia terus memajukan
pertanyaan-pertanyaan dan Miruda akhirnya mengakui segalanya. Ia dimarahi
habis-habisan oleh Jaya Kusuma. Kepada salah seorang Kadejannya, Jaya Kusuma
berkata, bahwa Astra Wijaya menjadi korban kejahatan orang lain.
Sureng-rana
mengingatkan suaminyasupaya berlaku sabar dalam memarahi seorang saudara. Kalau
tidak maka berlaku pepatah menapik air
didulang (jawa: mejek tahi ning batok, biasanya ngublak).
Jaya Kusuma
menanyakan apakah tentara sudah sedia untuk berangkat. Didapatnya jawab, sudah
sedia. Sementara itu Astra Miruda pulang kerumah bersama istrinya. Dihiburnya
hati istrinya, katanya ia tidak bisa hidup tanpa Puteri Urawan.
Saat ini
diceritakan tentang Astra Wijaya, raja marah kepadanya, tanda-tanda kehormatan
diminta kembali, karena ia disangka sudah memasuki taman kepuntren.
Orang Urawan
tidak senang kepadanya, mereka mencoba menjatuhkannya, dan saat ini
percobaannya berhasil. Tapi sebenarnya ia juga jatuh kepada sang puteri, tapi
cintanya itu tidak dibalas. Di jendela rumahnya ia membaca lagu cinta yang
banyak mengandung wangsalan.
Istrinya,
seorang puteri dari Tuban, merasa sedih ketika dilihatnya suaminya jatuh cinta
kepada puteri. (ulangan apa yang dikatakan tentang istri Miruda). Astra Wijaya
menyuruh orang-orangnya menabuh musik gamelan
di luar. Ia tinggal didalam dengan istrinya.
Saat ini
diceritakan lagi tentang Miruda. Istrinya tidak melepasnya, sedangkan malam itu
ia sudah membuat perjanjian dengan sang puteri. Dicobanya menidurkan istrinya
dan akhirnya ia berhasil. Kepada seorang emban dikatankanya jika istrinya
terbangun dan menanyakan, hendaklah ia menjawab, bahwa ia pergi memancing. Sang
emban berjanji akan menjawab demikian.
Panas
membukakan pintu belakang baginya. Miruda berangkat dengan Paras dan Paron.
Puteri Urawan, Retna Kumuda duduk dikelilingi oleh dayang-dayangnya menunggu
kedatangan emban yang diutus kepada Miruda. Emban itu kembali, sang puteri
menyuruhnya duduk disampingnya.
Sang emban
mengatakan kepada tuannya bahwa ia menemukan Miruda di tempat kediamannya,
seang duduk disampig istrinya. Sang putrid terkejut, karena Miruda mengatakan
kepadanya, bahwa ia belum beristri. Selanjutnya emban itu mengatakan, bahwa
Miruda akan datang mala mini. Sementara itu tiba ulamawati keramat Kili-suci
kepadanya, diutus oleh sang raja, untuk mengatakan kepadanya, bahwa ia akan
diberikan kepada Jaya Kusuma, apabila yang tersebut kemudian ini sudah
menaklukkan Bali. Tapi ia menolak, ia menginginkan supaya Jaya Kusuma menjadi
saudaranya, selanjutnya ulamawati itu mengajarinya bagaimana membuat sembah,
apa-apa kewajiban seorang wanita. Jauh malam sang puteri masuk ke tempat tidur
bersama Kili-suci.
Sementara itu
Miruda masuk dan bertanyakepada seorang dayang, dimanakah sagn puteri. Sang
Puteri dibangunkan, tapi Kili-cuci tidur diatas sepotong bajunya. Baju itu
ditarik pelan-pelan dan sang puteri keluar menemui miruda.
Pada waktu
itu juga Astra Wijaya sudah berada di dalam keraton, dilihatnya sang Putri
sendang bertemu dengan Miruda.
Kili-suci
terbangun ia meraba-raba mencari sang puteri, tetapi tidak ketemu. Tahulah ia
bahwa, ada seorang pencuri. Ia pergi keluar ke tempat yang gampang (menurut
perhitungan pencuri) bagi pencuri tempat itu ialah barat. Dalam cahaya kilat
dilihatnya pencuri itu dibawah pohon. Dilemparkannya sebuah parang kepadanya
tapi luput. Hiruk pikuk.
Penjaga-penjaga
terkejut. Semua jalan keluar dijaga. Obor dipasang, Astra Wijaya dikepung,
karena tidak melihat jalan keluar, ia terjun kedalam kolam dan melalui pipa air
merangkak keluar. Orang-orang yang mengejar saling pukul-memukul, yang satu
menyangka yang lain pencuri. Sang raja keluar membawa tombak. Kili berbicara
dengan penuh gerak gerik, katanya ia melihat Astra Wijaya masuk ke dalam
keraton. Tingkah lakunya laksana tersebut dalam saloka : gangsa diberi makan,
anjing diperlakukan dengan baik, monyet dijadikan sahabat. Kalau dilepaskan
pasti gangsa itu makan rumput teki, anjing itu makan kotoran dan monyet itu apa
saja yang ditemukan, yang bisa dimakan. Demikian pula Astra Wijaya. Sang raja
sangat marah dan hendak Membunuhnya kalau dapat menangkapnya.
Tamat
Diketik
ulang oleh sasadaramk.blogspot.com untuk membagi “Nguri-Uri Budaya